tuna grahita

tuna grahita





BAB I
PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG
Tunagrahita adalah kata lain dari retardasi mental (mental reterdation). Arti dari kata tuna adalah merugi, sedangkan grahita artinya pikiran. Ciri khusus tunagrahita adalah kelemahan berfikir atau bernalar. Akibatnya mereka memiliki kemampuan belajar dan adaptasi sosial dibawah rata-rata.[1] Tunagrahita itu sendiri ada 3 klasifikasi yaitu rendah, sedang dan, berat. Karena anak tunagrahita memiliki kesulitan belajar, penyesuaian diri, penyaluran tempat kerja, gangguan kepribadian dan emois. Maka  pihak sekolah ingin siswa tunagrahita bisa mandiri mengurus dirinya sendiri dan memiliki ketrampilan.
Upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah agar siswa tunagrahita mandiri dan memiliki ketrampilan adalah menempatkan mereka pada jurusan. Sebelum dibagi jurusan, pihak sekolah terlebih dahulu melakukan asesmen. Asesmen dilakukan setelah mereka lulus SD dan pebagian jurusan pada saat mereka kelas 7 SMP. Jurusan yang diberikan pada siswanya seperti Boga, bengkel, kecantikan, batik, busana, kayu, musik, komputer, pertanian dan wirausaha
Pemberian jurusan bertujuan agar anak tunagrahita bisa bersaing dalam lapangan pekerjaan dengan anak normal lainnya untuk mendapatkan kesejahteraan hidup.
SLB Pembina tidak hanya memberikan pelajaran akademik didalam kelas tetapi juga memberikan ketrampilan-ketrampilan pada siswanya agar bisa hidup mandiri.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana upaya meningkatkan keterampilan siswa di SLB N Pembina Yogyakarta ?
2.      Bagaimana  tahapan proses layanan ketrampilan?
3.      Prestasi apa saja yang telah dicapai?

C.    TUJUAN PENULISAN
1.      Untuk mengetahui jurusan yang ada di SLB Prayuwana
2.      Mengetahui tahapan-tahapan dalam penentuan jurusan, keterampilan yang berguna untuk meningkatkan kemandirian di SLB N Pembina Yogyakarta.
3.      Untuk mengukur seberapa keberhasilan, kemadirian yang ditunjukan dari prestasi-prestasi yang diraih.

D.    MANFAAT PENULISAN
1.      Secara teoritis
2.      Manfaat praktis



BAB II
TINJAUAN TEORITIS


A.    TINJAUAN TENTANG TUNAGRAHITA
1.      Pengertian Tunagrahita
Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Dalam kepustakaan bahasa asing digunakan istilah-istilah mental retasdation, mentally retarded, mental deficiency, mental defective, dan lain-lain. Istilah tersebut sesungguhnya mempunyai arti yang sama yang menjelaskan kondisi anak yang kecerdasanya jauh di bawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidak cakapan dalam interaksi sosial. Anak tungrahita atau dikenal juga dengan istilah keterbelakangan mental karena keterbatasan kecerdasanya mengakibatkan dirinya sukar untuk mengikuti program penddikan disekolah biasa secara klasikal, oleh karena itu anak terbelakang mental membutuhkan layanan pendidikan secara khusus yakni disesuaikan dengan kemampuan anak tersebut.[2]

2.      Karakteristik Tunagrahita
a.       Keterbatasan Inteligensi
Anak tunagrahita memiliki kekurangan dalam hal mempelajari informasi dan keterampilan-keterampilan menyesuaikan diri dengan masalah-masalah dan situasi-situasi kehidupan baru, belajar dari pengalaman masa lalu, berpikir abstrak, kreatif, menilai secara kritis, menghindari kesalahan-kesalahan, mengatasi kesulitan, dan merencanakan masa depan. Kapasitas belajar anak tunagrahita terutama yang bersifat abstrak sepeti belajar dan berhitung, menulis, dan membaca juga terbatas. Kemampuan belajarnya cenderung tanpa pengertian atau cenderung belajar dengan membeo.

b.      Keterbatasan sosial
Anak tunagrahita memiliki kesulitan dalam mengurus diri sendiri dalam masyarakat, oleh karena itu mereka memerluka bantuan. Anak tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang lebih muda usianya, ketergantungan terhadap orangtua terhadap orangtua sangat besar, tidak mampu memikul tanggung jawab sosial dengan bijaksana, sehingga mereka harus selalu dibimbing dan diawasi. Mereka juga mudah dipengaruhi dan cenderung melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya.

c.       Keterbatasan fungsi-fungsi mental lainnya
Anak tunagrahita memerlukan waktu lebih lama untuk menyelesaikan reaksi pada situasi yang baru dikenalnya. Mereka memperlihatkan reaksi terbaiknya bila mengikuti hal-hal yang rutin dan secara konsisten dialaminya.
Anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa. Mereka bukannya mengalami kerusakan artikullasi, akan tetapi perbendaharaan kata yang kurang berfungsi sebagaimana mestinya. Selain itu, anak tunagrahita kurang mampu untuk mempertimbangkan sesuatu, membedakan antara yang baik dan yang buruk, dan membedakan yang benar dan yang salah. Ini semua karena kemampuannya terbatas sehingga anak tunagrahita tidak dapat membayangkan terlebih dahulu konsekuensi dari suatu perbuatan.[3]

3.      Klasifikasi Tunagrahita
a.       Tunagrahita Ringan (moron atau debil)
Kelompok ini memiliki IQ antara 68-52 menurut Binet, sedangkan menurut Skala Wschler (WISC) memiliki IQ 69-55. Mereka masih dapat belajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana. Namun tidak mampu melakukan penyesuaian sosial secara independen.
Anak tunagrahita ringan dapat didik menjadi tenaga kerja semi-skilled seperti pekerjaan laundry, pertanian, peternakan, pekerjaan rumah tangga, bahkan jika dilatih dan dibimbing dengan baik anak tunagrahita ringan dapat bekerja di pabrik-pabrik dengan sedikit pegawasan
Pada umumnya anak tunagrahita ringan tidak mengalami gangguan fisik. Mereka secara fisik tampak seperti anak normal pada umumnya sehingga sulit dibedakan antara anak tunagrahita ringan dengan anak normal.

b.      Tunagrahita sedang (imbesil)
Kelompok ini memiliki IQ 51-36 pada skala Skala Binet dan 54-40 menurut Skala Weschler (WISC). Anak tunagrahita sedang bisa mencapai perkembangan MA sampai ± 7 tahun. Mereka dapat dididik mengurus diri, melindungi diri sendiri dari bahaya sepert menghindari kebakaran, berjalan dijalan raya, berlindung dari hujan dan sebagainya.
Anak tunagrahita sedang sangat sulit bahkan dapat belajar secara akademik seperti belajar menulis, membaca, dan berhitung walaupun mereka masih dapat menulis secara sosial, misalnya menulis nama dan alamat rumahnya sendiri. Dalam kehidupan sehari-hari, anak tunagrahita sedang membutuhkan pengawasan yang terus-menerus.

c.       Tunagrahita berat
Kelompok ini dapat dibedakan lagi antara tunagrahita berat dan sangat berat. Tunagrahita berat (severe) memiliki IQ antara 32-20 menurut Skala Binet dan antara 39-25 menurut Skala Weschler (WISC). Tunagrahita sangat beat (profound) memiliki IQ dibawah 19 menurut skala  Binet dan IQ dibawah 24 menurut Skala Weschler (WISC). Kemampuan mental mental atau MA maksimal yang dapat dicapai kurang dari tiga tahun.
Anak tunagrahita berat memerlukan bantuan perawatan secara total dalam hal berpakaian, mandi, akan dan lain-lain. Bahkan mereka memerlukan perlindungan dari bahaya sepanjang hidupnya.[4]

4.      Masalah yang Dihadapi Tunagrahita
a.       Masalah kesulitan dalam kehidupan sehari-hari
Masalah ini berkaitan dengan kesehatan dan pemeliharaan dini dalam kehidupan sehari-hari. Melihat kondisi keterbatasan anak-anak dalam kehidupan sehari-hari mereka banyak mengalami kesulitan apalagi yang dalam kategori berat, dan sangat berat; pemeliharaan kehidupan seahari-harinya sangat memerlukan bimbingan.

b.      Masalah kesulitan belajar
Masalah-masalah yang sering dirasakan dalam kaitanya dengan proses belajar mengajar di antaranya: kesulitan menangkap pelajaran, kesulitan dalam belajar yang baik, mencari metode yang tepat, kemampuan berpikir abstrak yang terbatas, daya ingat yang lemah, dan sebagainya.

c.       Masalah penyesuaian diri
Karena tingkat kecerdasan anak tunagrahita jelas-jelas berada di bawah rata-rata (normal) maka dalam kehidupan bersosialisasi mengalami hambatan.

d.      Masalah penyaluran ketempat kerja
Secara empirik dapat dilhat bahwa kehidupan anak tunagrahita cenderung banyak yang masih menggantungkan diri kepada orang lain terutama kepada keluarga (orang tua) dan masih sedikit sekali yang sudah dapat hidup mandiri, inipun masih terbatas pada anak tunagrahita ringan.

e.       Masalah gangguan kepribadian dan emosi
Memahami akan kondisi karakteristik mentalnya, nampak jelas bahwa anak tunagrahita kurang memiliki kemampuan berfikir, keseimbangan pribadinya kurang konstan/labil, kadang-kadang stabil dan kadang-kadang kacau.

f.       Masalah pemanfaatan waktu luang
Sebenarnya sebagian dari mereka cenderung suka berdiam diri dan menjauhkan diri dari keramaian sehngga hal ini dapat berakibat fatal bagi dirinya, karena dapat saja terjadi tindakan bunuh diriSebenarnya sebagian dari mereka cenderung suka berdiam diri dan menjauhkan diri dari keramaian sehngga hal ini dapat berakibat fatal bagi dirinya, karena dapat saja terjadi tindakan bunuh diri.[5]

B.     TINJAUAN TENTANG KEMANDIRIAN DAN KETERAMPILAN
1.      Pengertian kemandirian
Kemandirian merupakan nilai intinsik dalam proses perubahan yang terarah dan terencana, artinya tidak membenarkan setiap perubahan yang menyebabkan ketergantungan.
Menurut ethand dan winner yang di kutip oleh M. Chabib Thoha tentang perilaku mandiri adalah bahwa sikap mandiri itu ditandai dengan kebebasan untuk bertindak, tidak bergantung kepada orang lain, tidak terpengaruh oleh lingkungan serta bebas mengatur kebutuhan sendiri.[6]
Smart (1978) berpendapat bahwa sikap kemandirian menunjukkan adanya konsistensi organisasi tingkah laku pada seseorang sehingga tidak goyah, memiliki self reliance atau kepercayaan kepada diri sendiri.[7]
Dari beberapa pendapat tokoh-tokoh tersebut dapat disimpulkan bahwa, kemandirian dapat diartikan sebagai mengerjakan sesuatu tanpa menyandarkan atau bergantung kepada orang lain. Dengan kata lain seseorang  yang mandiri mempunyai kemampuan untuk menemukan diri sendiri apa yang harus dilakukannya.

2.      Faktor-Faktor yang mempengaruhi kemandirian
a.       Faktor dari dalam (intern)
Faktor dari dalam diri anak antara lain faktor kematangan usia dan jenis kelamin serta intelegensia. Dan yang sangat menentukan perilaku mandiri adalah kekuatan iman dan ketakwaan kepada Allah SWT. Bagi anak yang memiliki kepercayaan dan keyakinan yang kuat terhadap agama, mereka cenderng memiliki sifat kemandirian yang kuat.[8] Faktor dari dalam yang lain adalah faktor gen dan keturunan orang tua. Orang tua yang memiliki sifat kemandirian yang tinggi seringkali menurunkan anak yang memiliki kemandirian juga. Namun faktor keturunan ini masih menjadi perdebatan karena ada yang berpendapat bahw sesungguhnya  itu menurun kepada anaknya, melainkan sifat orang tuanya muncul berdasarkan cara orang tua mendidik anaknya.[9]
b.      Faktor dari luar (ekstern), faktor dari luar yang mempengaruhi kemandirian anak adalah :
1)      Faktor pengaruh keluarga
Pengaruh keluarga terhadap kemandirian anak adalah meliputi aktivitas pendidikan dalam keluarga, kecenderungan anak, bahkan sampai kepada cara hidup orang tuanya. Stagner (1974) mengemukakan apabila latihan mandiri itu akan berkembang lebih awal.[10]
Orang tua yang terlalu banyak melarang atau mengeluarkan kata jangan kepada anak tanpa disertai dengan penjelasan yang rasional akan menghambat perkembangan kemandirian anak. Sebaliknya, orang tua yang menciptakan suasana aman dengan interaksi keluarganya akan dapat mendorong kelancaran perkembangan anak.[11]

2)      Faktor sistem pendidikan di sekolah
Proses pendidikan di sekolah yang tidak mengembangkan demokratisasi pendidikan dan cenderung menekankan indoktrinasi tanpa argumentasi akan menghambat perkembangan kemandirian anak. Demikian juga, proses pendidikan yang banyak menekankan pentingnya pemberian sanksi atau hukuman juga dapat menghambat perkembangan kemandirian anak. Sebaliknya, proses pendidikan yang lebih menekankan pentingnya penghargaan terhadap potensi anak, pemberian reward, dan penciptaan kompetensi positif akan memperlancar perkembangan kemandirian mereka. [12]

3)      Faktor budaya
Musse (1979)  yang dikutip oleh Chabib Thoha tentang kemandirian dipengaruhi oleh kebudayaan. Masyarakat yang maju dan kompleks tuntutan hidupnya cenderung mendorong tumbuhnya kemandirian dibanding dengan masyarakat yang sederhana. [13]

3.      Pengertian Keterampilan
Keterampilan menurut Gordon adalah kemampuan untuk mengeksplorasi pekerjaan seara mudah dan cepat. Pengertian ini biasanya cenderung pada aktivitas psikomotor. Sedangkan pengertian keterampilan (skill) menurut Nadler adalah kegiatan yang memerlukan praktek atau dapat diartikan sebagai implikasi dari aktivitas. Keterampilan juga membutuhkan kemampuan dasar (basic abality) untuk melakukan pekerjaan secara mudah dan tepat.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan (skill) berarti kemampuan untuk mengeksplorasi suatu pekerjaan secara mudah dan cermat yang membutuhkan kemampuan dasar (basic ability).

4.      Kategori keterampilan
a.       Basic Literancy Skill
Keahlian dasar merupakan keahlian seseorang yang pasti dan wajib dimiliki oleh kebanyakan orang, seperti membaca, menulis dan mendengarkan.
b.      Technical Skill
Keahlian teknik merupakan keahlian seseorang dalam pengembangan teknik yang dimiliki, seperti menghitung secara cepat, mengoprasikan komputer.
c.       Interpersonal Skill
Keahlian interpersonal merupakan kemampuan seseorang secara efektif untuk berinteraksi dengan orang llain mampu dengan rekan kerja, seperti pendengar yang baik, menyampaikan pendengar secara jelas dan bekerja dengan satu tim.
d.      Problem Solving
Menyelesaikan masalah adalah proses aktivitas untuk menajamkan logika, beragumentasi dan menyelesaikan masalah serta kemampuan untuk mengetahui penyebab, mengembangkan alternatif dan menganalisa serta memilih penyelesaian yang baik.[14]

5.      Faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan
a.       Motivasi
Merupakan sesuatu yang membangkitkan keinginan dalam diri seseorang untuk melakukan berbagai tindakan. Motivasi inilah yang mendorong seseorang bisa melakukan tindakan sesuai dengan prosedur yang sudah diajarkan.
b.      Pengalaman
Merupakan suatu hal yang akan memperkuat kemampuan seseorang dalam melakukan sebuah tindakan (keterampilan). Pengalaman membangun seseorang untuk bisa melakukan tindakan-tindakan selanjutnya menjadi lebih baik yang dikarenakan sudah melakukan tindakan-tindakan di masa lampaunya.
c.       Keahlian
Keahlian yang dimiliki seseorang akan membuat terampil dalam melakukan keterampilan tertentu. Keahlian akan membuat seseorang mampu melakukan sesuatu sesuai dengan yang sudah diajarkan.[15]




C.    PERSPEKTIF BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN DAN KETERAMPILAN ANAK TUNA GRAHITA

Metode bimbingan dan konseling untuk meningkatkan kemandirian dan keterampilan anak tuna grahita
Metode bimbingan dan konseling bila dilihat dari segi komunikasi dibagi menjadi dua yaitu[16] metode langsung dan metode tidak langsung. Metode ini juga dapat diterapkan bagi anak berkebutuhan khusus.
1.      Metode langsung
Metode langsung adalah metode dimana konselor melakukan komunikasi secara betatap muka dengan konseli, metode ini dapat dilakukan dengan :
a.       Metode individual
Konselor melakukan komunikasi langsung dengan konseli secara individual, hal ini dapat dilakukan dengan percakapan pribadi atau kunjungan ke rumah (home visit) serta kunjungan observasi kerja.
b.      Metode kelompok
Konselor melakuakan komunikasi dengan konseli secara berkelompok, hal ini dapat dilakukan dengan diskusi kelompok, karyawisata dan ceramah, sosiodrama, psikodrama, group teaching.

2.      Metode tidak langsung
Metode tidak langsung adalah metode bimbingan dan konseling yang dilakukan melalui media komunikasi masa. Hal ini dapat dilakukan secara individual maupun kelompok, bahkan massal. Metode tidak langsung ini menggunakan media komunikasi seperti :
a.       Media cetak, yaitu media visual yang pembuatannya melalui proses pencetakan. Media cetak ini menyajikan pesan melalui huruf dan gambar-gambar yang diilustrasikan untuk menjelaskan pesan atau informasi yang disajikan. Jenis media cetak ini diantaranya buku teks dan modul.[17]
b.      Media elektronik, yaitu suatu alat yang digunakan sebagai perantara untuk menginformasikan suatu hal/masalah kepada individu/ masyarakat dalam elektronik.[18]
c.       Media audio, yaitu media yang penyampaian pesannya hanya dapat diterima melalui indera pendengaran. Pesan atau informasi yang disampaikan dituangkan kedalam lambang-lambang auditif yang berupan kata-kata, musik, dan sound effect.
d.      Media audio visual, yaitu media pelantara atau penggunaan materi dan penyerapannya melalui indera pendengar atau indera penglihat sehingga membangun kondisi yang dapat membuat individu memperoleh pengetahuan, keterampilan , dan sikap.[19]
e.       Media interaktif, dalam media interaktif tidak hanya memperlihatkan media atau objek saja, melainkan juga dituntut untuk berinteraksi selama mengikuti bimbingan dan konseling, seperti bimbingan kelompok dan konsleing kelompok.

Metode bimbingan dan konseling dalam meningkatkan kemandirian belajar anak tuna grahita menggunakan metode langsung secara berkelompok yaitu konselor (guru kelas) melakukan komunikasi dengan konseli secara berkelompok, hal ini dapat dilakukan dengan diskusi kelompok, karyawisata atau ceramah, sosiodrama, psikodrama, group teaching[20] yang didalamnya terdapat tiga metode yaitu metode ceramah, metode tanya jawab dan metode eksperimen. Metode ini dilakukan dengan cara bertatap muka langsung dengan anak agar nantinya guru dapat secara langsung untuk berinteraksi dengan anak-anak meskipun ada satu metode yang digunakan guru dengan cara memberikan tugas diluar kelas kepada anak-anak. Diantara metode langsung secara berkelompok yang digunakan guru untuk meningkatkan kemandirian belajar anak tuna grahita adalah sebagai berikut[21] :
1)      Metode ceramah
Metode ceramah adalah penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru atau seseorang terhadap siswa. Dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan uraiannya, guru dapat menggunakan alat-alat pembantu seperti gambar tetapi metode utama berhubungan guru dengan siswa adalah berbicara.
Metode ceramah yang dilakukan guru ketika memberikan bimbingan kepada anak tunagrahita agar mandiri dalam belajar adalah[22] : petama, sebelum menyampaikan materi yang akan dijelaskan, guru harus dapat mengkondisikan anak-anak tuna grahita dengan cara membuat mereka menjadi lebih terkondisikan, karena pada dasarnya anak tuna grahita memiliki keunikan masing-masing dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru. Proses ini penting, karena dengan demikian anak akan lebih mudah menerima materi yang disampaikan oleh guru dan membuat anak untuk nelajar menghargai orang lain.
Kedua, sebelum guru menggunakan metode ceramah, biasanya guru memerintahkan anak untuk menulis terlebih dahulu materi yang telah guru tulis dipapan tulis. Cara menerangkan guru dengan menggunakan metode ceramah ini sama halnya dengan guru menerangkan dalam proses bina diri seperti cara menggunakan sendok dan garpu ketika makan, guru mempraktekkan dan mengenalkan materi yang disampaikan.
Metode ceramah yang digunakan guru ketika menyampaikan materi ini didukung juga dengan guru membuat gambar dipapan tulis. Kaitannya metode ceramah dengan membangun kemandirian belajar anak tuna grahita adalah anak-anak tuna grahita dapat memahami penuturan secara lisan yang dilakukan oleh guru untuk dapat memahami materi yang disampaikan oleh guru. Anak tunagrahita memerlukan penyampaian materi secara lisan yang terus diulang-ulang sesuai dengan kebutuhan mereka sampai mereka paham dalam setiap proses belajarnya. [23]

2)      Metode tanya jawab
Metode tanya jawab yang berarti metode yang berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada murid dan telah disusun sedemikian rupa sehingga pengalaman dan pengetahuan murid yang sudah ada dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Metode tanya jawab ini juga dijadikan sebagai ajang seberapa jauh anak mampu memahami materi yang disampaikan oleh guru dan untuk mengetahui seberapa kuat mereka bisa merekam dan mengingat apa yang telah guru jelaskan. Terbukti jika anak tuna grahita ini ada yang sama dengan anak normal pada umumnya, mereka bisa menjawab soal atau pertanyaan yang diberikan oleh guru di dalam kelas.[24]

3)      Metode eksperimen
Metode eksperimen merupakan cara yang digunakan guru dalam menyampaikan materi yang menitikberatkan pada kegiatan murid setelah murid mengamati sesuatu, selanjutnya  murid mencoba melakukan kegiatan.
Dengan metde tersebut diharapkan murid dapt menambah pengetahuan atau keterampilannya melalui pengalaman langsung dari kegiatan yang dilaksanakan.

Sedangkan metode untuk meningkatkan keterampilan anak grahita adalah sebagai berikut :
1)      Metode ceramah, yaitu cara mengajar yang digunakan pengajar dalam menyampaikan informasi atau menjelaskan suatu materi agar para anak tunagrahita tahu dan paham dengan apa yang disampaikan oleh pengajar
2)      Metode demonstrasi, yaitu cara mengajar yang digunakan oleh guru pembimbing dengan memperlihatkan atau menunjukan suatu proses di depan para anak, yang nantinya akan membuat anak benar-benar jelas dan paham tentang materi dan akan mudah dalam prakteknya
3)      Metode Tanya Jawab, yaitu metode yang digunakan oelh para pembimbing untuk para anak dengan memberikan pertanyaan kepada anak dan jika anak benar dalam menjawab pertanyaan guru pembimbing akan mendapatkan hadiah.
4)      Metode pemberian tugas, metode pemberian tugas ini sangat efektif untuk mengetahui kegemaran dan kemampuan masing-masing anak, dengan begitu pembimbing akan lebih mudah untuk menuntun anak dalam mengembangkan imajinasinya.
5)      Metode eksperimen, metode ini merupakan metode pengajaran yang mendorong dan memberi kesempatan pada anak untuk melakukan percobaan sendiri. Terdapat tiga tahapan yang dilakukan anak untuk memudahhkan masuknya informasi, yaitu dengan mendengar, menulis, menggambar dan melakukan percobaan sendiri.[25]



BAB III
GAMBARAN UMUM SLB N PEMBINA YOGYAKARTA

A.    LETAK GEOGRAFIS
SLB N Pembina Yogyakarta terletak disebelah selatan kota Yogyakarta. SLB ini beralamatkan di Jalan Pramuka no. 224, Desa Giwangan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Letak SLB ini cukup strategis berdekatan dengan terminal bus Giwangan dan pasar tradisional yang cukup terkenal di Yogyakarta yaitu pasar Giwangan. Dikatakan strategis karena fasilitas publik tersebut bisa menjadi tempat belajar bagi siswa –siswi SLB Pembina. Sarana prasana yang dimiliki oleh SLB ini cukup. Lokasi di Lintang -7.833399265275895 dan Bujur 110.38960844278336.

B.     SEJARAH SINGKAT
SLB Negeri Pembina merupakan lembaga pendidikan yang pada awalnya menyelenggarakan pendidikan untuk anak-anak yang mengalami
cacat mental, baik yang mampu didik maupun mampu latih. SLB Negeri Pembina didirikan melalui keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia No.051O1083 tentang organisasi dan tata kerja sekolah luar biasa Pembina Tingkat Provinsi dengan nama SLB-C Pembina Tingkat
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dalam perkembangannya, sejalan dengan berlakunya Undang-Undang No.22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang No.25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang telah ditindak lanjuti dengan PP.25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Pusat dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom, SLB Pembina Yogyakarta menjadi Kewenangan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sesuai dengan surat keputusan Gurbernur Daerah Istimewa Yogyakarta No.126 tahun 2003 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja
SLB, SLB-C
Pembina Tingkat Provinsi berubah menjadi SLB Negeri Pembina Yogyakarta. Dengan berubahnya nama tersebut memiliki implikasi
yang sangat luas. Khususnya terhadap penerimaan peserta didik, yang sebelumnya hanya menerima siswa tunagrahita, sekarang menerima dari
berbagai jenis kekhususan. Sejak tahun 2006 SLB Negeri Pembina menjadi salah satu Sentra
Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Sentra PK-PLK.Sentra PK-PLK adalah salah satu program dari Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa dengan program utamanya pengembangan keterampilan anak berkebutuhan khusus dalam rangka menyiapkan anak berkebutuhan khusus
untuk dapat kembali ke masyarakat dengan penerimaan yang wajar.

C.    VISI MISI SLB N PEMBINA
SLB N Pembinan memiliki Visi Misi sebagai berikut :
Visi : Terwujudnya Tunagrahita yang mandiri, beriman, dan bertaqwa.
Misi :
1.      Menyelenggarakan pendidikan jenjang TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB.
2.      Menyelenggarakan pendidikan keterampilan berorientasi pada potensi tunagrahita, potensi keluarga/lingkungan, dan potensi pasar.
3.      Membentuk koperasi wirausaha “tunagrahita mandiri” untuk mendorong tambah dan kuatnya usaha tunagrahita (siswa dan alumni).
4.      Menyelenggarakan asrama bagi tunagrahita.
5.      Menyelenggarakan program latihan bagi alumni.
6.      Menjalin kerjasama dengan orang tua, masyarakat, lembaga negeri dan swata, pengusaha, dalam upaya memandirikan tunagrahita.
7.      Menyelenggarakan kegiatan keagamaan di lingkungan sekolah dan di masyarakat.

D.    SDM/PERSONIL
Menurut data yang diperoleh, bahwasannya SLB Pembina Yogyakarta memiliki 55 guru dan karyawan. Data tersebut adalah sebagai berikut :
No.
Uraian
Jumlah
1.
Guru PNS
49
2.
Guru Tidak Tetap
6
3.
Tenaga Kependidikan PNS
10
4.
Tenaga Kependidikan PTT
15
Jumlah
80

E.     SARANA YANG DIMILIKI
SLB Pembina Yogyakarta memiliki lengkap.Diantaranya adalah ruang kelas yang representatif bagi siswa, ada lapangan olahraga bagi siswa. 2 perpustakaan, 9 ruang kerja/praktek, mushola, auditorium, taman bermain, UKS, klinik rehabilitasi, taman bermain, laboratorium komputer, laboratorium IPA, laboratorium ICT, dan ruang kesenia. SLB ini juga sangat luas sehingga cukup nyaman untuk kegiatan belajar mengajar. Data tersebut adalah sebagai berikut :
Fasilitas Fisik
No.
Jenis Sarana
Jumlah
1.
R. Kepala Sekolah
1
2.
R. Wakil Kepala Sekolah
1
3.
R. Guru
1
4.
R. Kelas
14
5.
R. BK
1
6.
R. Sekber
1
7.
R. Perpustakaan
2
8.
R. Tamu
1
9.
R. UKS
1
10.
Gudang
1
11.
Dapur
1
12.
Auditorium
1
13.
Garasi
1
14.
Kamar Mandi
10
15.
R. Penjaga
1
16.
R. Boga
2
17.
R. Bengkel
1
18.
R. Kecantikan
1
19.
R. Batik
1
20.
R. Busana
1
21.
R. Kayu
1
22.
R. Bermain
1
23.
R. Musik
1
24.
Lab. Komputer
1
25.
R. Klinik
1
26.
R. Fitness
1

F.     MODEL PENANGANAN
Model penanganan pembelajaran di SLB N Pembina Yogyakarta berbeda-beda sesuai dengan tingkat usianya. Ada 4 tingkat pendidikan yang dilaksanakan di SLB N Pembina Yogyakarta yaitu ; TK, SD, SMP, dan SMA. Model pembelajaran bagi anak-anak TK di SLB Pembina masih berorientasi pada bermain. Dimana pola bermain ini bertujuan untuk menimbulkan respon yang aktif pada anak. Tingkat SD diajari dasar-dasar membaca, menulis dan menghitung. Saat kami memasuki kelas, sedang ada pembelajaran Tuna Grahita Ringan, mereka sedang diajari menghafal nama-nama temannya serta menulis nama teman-temannya dengan benar. Anak SMP dan SMA diberi ilmu keterampilan sesuai dengan minat dan kemampuannya, diantaranya adalah Boga, Bengkel, Kecantikan, Batik, Busana, Kayu, Musik, Komputer, Pertanian, dan Ilmu Wirausaha.
Untuk penanganan ketika ada suatu permasalahan akan ditangani oleh Psikolog, karena tidak ada Guru BK di Sekolah ini. Psikolog akan memanggil pihak-pihak yang terlibat konflik. Akan ditanya penyebabnya, kadang seseorang seorang anak memukul temannya dikarenakan bercanda yang berlebihan. Sehingga mereka diberikan nasehat-nasehat yang membangun dan memberi mereka peringatan apabila perbuatan yang dilakukan melewati batas. Kondisi setelah konflik yang terjadi antar teman biasanya mereka hanya berlangsung sesaat, karena mereka sudah lupa dengan konflik yang terjadi dengan temannya. Sehingga tidak ada konflik yang berkepanjangan.
Apabila masalah yang terjadi cukup parah, sekolah juga melakukan respon cepat dengan melarikan ke rumah sakit ketika ada perkelahian hingga berdarah. Semua permasalahan yang terjadi akan dilaporkan secara rutin oleh psikolog saat rapat sekolah. Psikolog juga meminta kerjasama dengan semua pihak yang terlibat agar menyatukan pendapat. Jangan sampai guru yang ini bilang boleh, sedangkan yang laen membolehkan. Contohnya adalah perijinan mengendarai sepeda motor, yang seharusnya memang dilarang.

G.    JENIS EKLUSIF YANG DITANGANI
Jenis eklusif yang ditangani adalah siswa yang menderita Tunagrahita dan ada 30 siswa autis di jenjang TK-SMP. Tunagrahita di sekolah ini juga ada 3 pengelompokan, yaitu Tunagrahita Ringan, Sedang, dan Berat.

H.    PRESTASI
Prestasi yang diraih oleh siswa-siswinya yaitu lulusan mereka diterima diberbagai lembaga dan kampus, ada yang diterima di UNY, ada yang diterima di kehutanan, AHASS, bahkan ada yang lolos kejuaraan Basket di Amerika Serikat.

I.       PROFIL SUBYEK SURVEI
Kami melakukan wawancara kepada Guru dan Psikolog. Yaitu Ibu Nurjannah dan Pak Hartanto. Bu Nurjannah bekerja di SLB N Pembina kurang lebih sudah 30 tahun. Pak Hartanto selain menjadi Psikolog di SLB, beliau juga menjadi guru TI/Komputer bagi siswa-siswi. Pak Hartanto juga secara pribadi memberikan pelajaran wirausaha bagi siswa-siswi SLB dengan mengajari berjualan kepada guru-guru yang ada disana.



BAB IV
PEMBAHASAN

A.    UPAYA MENINGKATKAN KETRAMPILAN DI SLB N PEMBINA YOGYAKARTA
Sebelum pengarahan keterampilan yang diinginkan oleh masing-masing siswa mereka awalnya dilakukan asesmen terlebih dahulu dengan cara melakukan penyebaran angket pemilihan minat dan bakat sesuai dengan yang mereka inginkan, selain  itu juga ada psikologi parenting untuk orang tua yang bertujuan agar ekstra yang diambil itu sesuai dengan keahlian, minat dan bakar anak. Keterampilan-keterampilan yang di berikan mulai dari mereka duduk di kelas 7. Tujuan keterampilan yang diberikan ini yaitu agar mereka juga mampu mempertahankan diri, bersaing di masyarkat dan mampu menghidupi dirinya dengan keterampilan yang dimiliki.
Di SLB N pembina yogyakarta memiliki beberapa ekstrakulikuler yang bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan-ketrampilan siswa. Keterampilan tersebut meliputi keterampilan tata boga, tata rias, tata busana, teknik komputer, kayu, musik, pertanian dan kewirausahaan. Metode yang digunakan di SLB N Pembina Yogyakarta lebih menggunakan metode modelling dan imitasi dimana metode tersebut bertujuan untuk memberikan contoh gimana caranya melakukan keterampilan-keterampilan yang diajarkan, misal ekstra kewirauasahaan mereka diajak untuk berbelanja di pasar sehingga mereka bisa mengerti tentang bagaimana caranya bertransaksi jual beli di pasar. Selain itu disana juga ada praktek kerja lapangan yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan mereka yang di sesuaikan bidang nya masing masing, selain itu juga mengajarkan mereka tentang bagaimana caranya berkomunikasi dengan baik dengan masyarakat umum. 
SLB Negeri Pembina Yogyakarta juga mempunyai relasi-relasi yang itu digunakan sebagai tempat penyaluran setelah mereka  lulus nanti misal seperti, kerja sama dengan Fakultas Kehutanan UGM untuk keterampilan pertanian,  AHASS untuk keterampilan tehnik mesin,  dll.

B.     TAHAPAN PROSES PELAYANAN
1.      Tahap persiapan
Pada tahap persiapan di SLB Negeri Pembina yogyakarta dilakukan pengisian angket yang berisi tentang  bidang keterampilan yang mereka pilih. Terdapat tiga kolom pilihan yang bisa mereka pilih. Selain itu juga terdapat kegiatan psikologi parenting yang sasaran utamanya dari orang tua sehingga para orang tua mampu dan mau menerima kondisi anaknya dan tetap mengamati anaknya tentang minat dan bakat yang dimiliki anaknya. Sehingga laporan dari orang tua tersebut dapat dijadikan bahan untuk pengelompokan bidang keterampilan bagi masing masing siswa.

2.      Tahap pengelompokan
Setelah tahap  persiapan adalah tahap pengelompokan mengenai bidang keterampilan yang di pilih oleh masing-masing anak dan arahan dari orang tua siswa, tetapi disini guru BK juga melihat dari perkembangan anaknya dan bakat dari anak tersebut. Selain itu jika suatu jurusan sudah melebihi kuota maka mereka ditaruh pada pilihan kedua. Misalnya, Bunga pilihan jurusan pertama tata boga, kedua kecantikan. Karena tata boga sudah 10 orang jadi Bunga ditaruh pilihan kedua. Karena maksimal satu jurusan 3 siswa.

3.      Tahap pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaannya siswa diarahkan untuk mengikuti bidang keterampilan sesuai dengan apa yang dipilih awal, tetapi ketika selama 2 minggu siswa mengalami permasalahan atau pilihan yang dipilih tadi tidak sesuai maka  dari pihak BK memberi pengarahan lagi terhadap orang tua dan anak agar bidang keterampilan yang di tekuni anak mampu meningkatkan keterampilan anak, sehingga kemandirian dapat di capai.

4.      Tahap evaluasi
Pada tahap evaluasi dilaksanakan selama satu bulan sekali, yaitu pada saat rapat akhir bulanan yang oleh para guru mapel, wali kelas kepala sekolah dan karyawan lainnya.

C.    PRESTASI YANG DIDAPAT
Prestasi yang pernah di raih oleh SLB N Pembina Yogyakarta sebagai berikut :
1.      Salah satu siswa dari SLB Pembina Yogyakarta berhasil lolos masuk UNY di bidang olahraga.
2.      Siswa SLB N Pembina Yogyakarta juga berhasil menjalin kerja sama dengan fakultas  kehutanan UGM di bidang keterampilan perkebunan.
3.      Bekerja sama dengan Ahass di bidang keterampilan tehnik mesin.

D.    TINGKAT KETERAMPILAN
Tingkat kemandirian disana dilihat dari seberapa mereka mampu berkomunikasi dengan orang lain, mengurus dirinya sendiri, ,elaksanakan tugas-tugas yang telah diberikan dan mampu melaksanakan perintah dari guru pendamping.



BAB V
PENUTUP


A.    KESIMPULAN
1.      Untuk meningkatkan keterampilan keterampilan siswa disana, SLB N  pembina Yogyakarta mengadakan 10 ekstrakulikuler yang itu bertujuan untuk meningkatkan kemandirian siswa disana agar mampu bertahan hidup dan komunikasi dimasyarakat nanti.
2.      Dalam melakukan tahapan-tahapan pelayanan di sana terdapat 4 tahapan dari tahapan persiapan, tahapan pengelompokan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi.
3.      Di SLB Pembina Yogyakarta juga mampu meraih prestasi mulai dari kerjasama, prestasi, dan output dari alumni.
4.      Tingkat kemandirian siswa di tentukan dari bagaimana dia mampu merawat dirinya dan mampu berkomunikasi ke masyarakat.




DAFTAR PUSTAKA

Aunur rahim faqih. 2004.  bimbingan dan konsleing islam.Yogyakarta : UII press.
Dea nurkomalasari. 2016.  bimbingan dan konseling dalam meningkatkan kemandirian belajar anak tuna grahita SLBN pembina yogyakarta, skripsi fakultas dakwah dan komunikasi uin sunan kalijaga yogyakarta.
M. Chobib thoha. 1996. kapita selekta pendidikan islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mochammad nursalim. 2013. pengembangan media bimbingan dan konseling. Jakarta: @akademia.
Mohammad ali & Mohammad asori. 2006. psikologi remaja perkembangan peserta didik. jakarta: bumi aksara.
Moh. Amin. 1995. Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Bandung: Depdikbud.
Muljono Abdurahman dan Sujaji  Pendidikan Luar Biasa Umum Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sartini nuryoto. Tt . kemandirian remaja, (ditinjau dari tahap perkembangan jenis kelamin dan peran jenis), jurnal psikologis.
Satria, Pengertian keterampilan dan jenisnya, http://id.shvoong.com/ businessmanagement/humanresources/297108-pengertian-keterampilandan-jenisnya/, diakses pada 07 Desember 2017, pkul 13.00 WIB.
Sutjihati Somantri. 2006. Psikologi Anak Luar biasa. Bandung: Refika Aditama. Sartini nuryoto. Tt.  kemandirian remaja, (ditinjau dari tahap perkembangan jenis kelamin dan peran jenis), jurnal psikologis.
Sri Puji Lestari. 2015. Pemberdayaan Tunagrahita melalui Pelatihan ketrampilan di Sekolah Luar Biasa Wukirsari, Imogiri, Bantul, Skripsi Fakultas dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijjaga Yogyakarta.
www.M.compasiana.com/lensamutiara/media/komunikasi_55006a6aa333115373510e36, diakses pada senin, 07 Desember 2017, pukul 16:00 WIB.
http://sarjanaku.com/2011/05/media-udio-visual.html, diakses pada senin, 07 Desember 2017, pukul 16:45 WIB.
Widyatun. 2010. Ilmu Perilaku Cetakan Pertama. Jakarta: Rineka Cipta.







Share this

Related Posts

Previous
Next Post »