BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Indonseia merupakan salah satu negara yang
berkembang, sebagai negara yang berkembang masih memberlakukan kemampuan
berbicara dalam sebuah rujukan dan bakat sebuah kepemimpinan, hal ini dirujukan
kepada kepemimpinan yang muncul di kalangan masyarakat kita melalui kefasihan
berbicara baik daalam berbicara secara formal semisal kampanye, pidatodan lain
sebagainya baik di tingkat keluharan sampai nasional.
Selain berbicara tentang kefasihan dalam
berbicara, kita juga harus mampu melihat dan memilih tata kata dan bahasa
selain itu juga pemilihan penempatan kata yang tempat sehingga ketika kita melakukan pidato pendengar mampu
menyimak dan memahami tentang materi yang kita sampaikan.
Pidato adalah suati ucapan dengan susunan kata
yang baik untuk disampaikan kepada orang banyak, contoh pidato negeraan, pidato
menyambut hari besar, pidato membangkit semangat, pidato sambutan dan masih
banyak lagi. Pidato yang baik adalah ppidato yang mampu memberikan kesan baik
kepada kepada orang-orang yang
mendengarkan pidato tersebut. Ketertarikan pendengar sebelum mendengarkan
pidato yang kita sampaikan sangat tergantung dari bagaimana kita membuka pidato
tersebut, hal yang penting lainnya adalah bagaimana kita menutup pidato agar
kita mampu memberikan kesan posistif dan mampu mencapai tujuan dari pidato yang
kita lakukan
Jadi disini pemakalah akan mencoba membahas
tentang bagaimana tata cara membuka dan menutup pidato dengan baik.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana cara membuka dan menutup pidato dengan baik?
2.
Apa hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berpidato?
3.
Apa saja prinsip-prinsip dalam praktik berpidato?
4.
Bagaimana cara mengatasi demam panggung?
5. Bagaimana cara melakukan pengembangan pembahasan?
C.
Tujuan
1.
Mampu memahami dan mempraktikan cara membuka dan menutup pidato dengan baik
2.
Mampu mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berpidato
3.
Mengetahui prinsip-prinsip dalam
praktik berpidato
4.
Mengetahui cara mengatasi demam panggung dalam pidato
5.
Mampumemahami dan melakukan
pengembangan pembahasan dalam pidato
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Cara Membuka
dan Menutup Pidato
Seringkali seseorang tidak berhasil dalam membawakan pidatonya atau
dengan kata lain tidak mendapat perhatian serta tak dapat dicerna oleh semua
pendengar. Kadang-kadang pendengar depan saja yang mengikuti jalannya pidato
dengan baik. Sementara itu, pendengar bagian belakang tidak mengikuti pidato
malah ada yang mengantuk, bercakap-cakap, dan ada juga yang tak segan-segan
bergurau yang diikuti dengan gelak tawa sambil tengok ke kiri dan ke kanan.
Jika anda menemuka hal semacam ini, janganlah anda menyalahkan
pendengar/audiens. Justru, si pembawa pidatolah yang salah karena tidak
mengetahui siapa pendengar sebenarnya. Seringkali seorang pembawa pidato
menemui kegagalan disebabkan hal semacam ini. Hal ini dikarenakan pendengar
atau audiens terdiri atas berbagai lapisan masyarakat. Dengan demikian, daya
tangkap, tingkat kecerdasan, serta status sosial mereka berbeda pula. Di
sinilah si pembawa pidato harus berperan agar semua pendengar yang terdiri dari
berbagai lapisan masyaraat itu dapat terhanyut serta mengikuti jalannya pidato.
Sebenarnya pidato itu tak ubahnya dengan orang bercakap-cakap. Si
pembawa pidatolah yang menjadi fokus perhatian dan yang memimpin jalannya
percakapan. Oleh karena itu, berhasil atau tidaknya suatu pidato tergantung
pada si pembawa pidato itu sendiri.
Cara membuka dan menutup pidato sesungguhnya merupakan gabungan dua
macam keterampilan yang dapat menarik perhatian pendengar yang perlu dilatih
oleh pembicara (orator). Adapun penjelasan dari kedua hal tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Cara Membuka Pidato
Cara membuka
pidato ialah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh pembicara untuk
menciptakan prakondisi sehingga perhatian sikap dan mental pendengar dapat
digiring atau siap untuk mengikuti pada masalah yang dibahas dalam pidato
tersebut. Cara membuka pidato merupakan hal yang terpenting karena permulaan
yang bagus akan menarik perhatian para pendengar. Untuk itu, anda harus
menimbang dan mengolah kalimat-kalimat pembukaan sebaik-baiknya sebelum memulai
pidato. tujuan utama pembukaan pidato ialah untuk membangkitkan perhatian,
memperjelas latar belakang pembicaraan, dan menciptakan kesan yang baik
mengenai komunikator. Cara membuka pidato dan waktu yang dibutuhkan amat
tergantung kepada topik, tujuan, situasi, khalayak, dan hubungan antara
komunikator dengan audiens.
Pidato
sebaiknya dibua (diawali) dengan ucapan salam pembukaan, misalnya
“Assalamu’alaikum warohmatullahiwabarokatuh” (jika para hadirin lebih banyak
beragama Islam). Kalau lebih banyak beragama lain, salam pembuka sebaiknya
disesuaikan pula dengan agama mereka. Saat mengucapkan salam pembuka, volume
suara hendanya keluar dengan lantang, nyaring, jelas, dan berwibawa. Artinya
pembicara harus mampu mengatur suara supaya benar-benar menarik. Jangan sampai
seperti orang yang sakit yang suaranya tidak enak didengar. Jika audiens sudah
tertarik dengan pembukaan pidato, sedikit demi sedikit perhatian mereka
diarahkan ke isi pidato.
Perlu disadari,
pada saat berpidato, jangan sekali-kali melukai hati para pendengar dan jangan
sombong serta membuka peluang yang dapat menjengkelkan para hadirin. Jangan
pula beranggapan bahwa pendengar tidak berdaya dan tidak kritis apabila
melontarkan ucapan-ucapan yang dimanipulasikan.
2.
Cara menutup Pidato
Permulaan dan
akhir pidato adalah bagian-bagian yang paling menentukan. Penutup pidato harus
dapat menfokuskan pikiran dan perasaan khalayak pada gagasan utama/kesimpulan
penting dari seluruh isi pidato. untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan, penutup pidato harus direncanakan sebelumnya.
Secara
sederhana, cara menutup pidato adalah memberi ringkasan dari materi yang telah
disampaikan dengan menyelipi himbauan-himbauan atau ajakan-ajakan yang baik,
menjelaskan manfaat tipik yang telah disampaikan oleh pembicara, dan meminta
maaf atas kesalahan baik disengaja atau tidak pada saat penyampaian isi pidato.
terakhir, pembiara mengucapkan terimakasih pada audiens dan langsung duduk.
Di samping itu
masih banyak cara menutup pidato. sebagaimana yang dikemukakan oleh Jalaluddin
Rakhmad cara-cara tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Menyimpulkan/mengemukakan iktisar
pembicaraan
b.
Menyatakan kembali gagasan utama
dengan kalimat dan kata yang berbeda.
c.
Mendorong khalayak untuk bertindak
d.
Mengakhiri dengan klimaks
e.
Mengatakan kutipan sajak, kitab
suci, peribahasa atau ucapan sendiri
f.
Menceritakan contoh yang berupa
ilustrasi dari tema pembicaraan
g.
Menerangkan maksud sebenarnya
pribadi pembicara
h.
Memuji dan menghargai khalayak
i.
Membuat pernyataan yang humoris atau
anekdot lucu
j.
Salam penutup
Kapan pembicara
harus mengakhiri pidatonya? Berhubungan dengan soal waktu mengakhiri pidato
ini, sebaiknya si pembicara segera mengakhiri pidatonya sebelum pendengar
merasa jemu atau bosan dan menghendaki pembicara turun. Perasaan jemu dari
pendengar akan segera tiba setelah tercapainya puncak kepuasan terhadap yang
disampaikan oleh pembicara. Dalam hal ini, pembicara harus tanggap terhadap
reaksi para pendengarnya, agar pidato yang disampaikan tersebut tidak dinilai
panjang dan membosankan.
B.
Hal-Hal yang
Berkaitan dengan Penyampaian Pidato
Beberapa hal yang perlu diindahkan dalam berpidato/berdakwah adalah
sebagai berikut.
1.
Penampilan menarik dan tidak
acak-acakan
2.
Percaya diri
3.
Pandangan
a.
Ramah dan ada kontak mata dengan
audiens
4.
Sikap badan
a.
Tegar dan santai, serta
b.
Ada keseimbangan gerak
c.
Keserasian gerak
5.
Suara
a.
Terdengar
b.
Pengaturan intonasi
c.
Bahasa variasi
d.
Intonasi teratur dan disesuaikan
kondisi
e.
Nada kalem saat akhir usai pidato
6.
Gaya penyamapaian
a.
Selingan humor, dan
b.
Sesekali dapat menggunakan suatu
pernyataan
Selain hal-hal
yang diindahkan juga ada beberapa hal yang perlu dihindari dalam berpidato,
seperti hal-hal berikut ini.
1.
Kepala tidak terlalu banyak bergerak
dan tidak hanya memandang ke satu arah
2.
Tidak mengucapkan mohon maaf di awal
pidato
3.
Tidak mengajukan pertanyaan tanpa
jawaban
4.
Tidak berkepanjangan di akhir pidato
5.
Wajah tidak muram atau tampak marah
C.
Prinsip-prinsip
Praktik Pidato
Sebagian orang melihat pidato sebagai jenis percakapan yang
diperluas. Oleh karena itu, kita tidak perlu mempelajarinya. Asal kita
menguasai bahan yang dipergunakan, pidato akan berjalan dengan sendirinya.
Sebagian melihat pidato bukan lagi sebagai percakapan. Pidato merupakan
peristiwa yang khas, memerlukan bakat dan keterampilan khas juga, dan tidak
setiap orang dapat menyampaikan pidato.
Pidato adalah peristiwa khas, tetapi kekhasannya sama sekali tidak
berarti bahwa hanya orang tertentu saja yang dapat menyampaikan pidato. semua
orang dapat menyampaikan pidato dengan baik bila mereka mengetahui
danmempraktekkan tiga prinsip penyampaian pidato berikut ini.
1.
Pelihara kontak visual dan kontak
mental dengan khalayak (kontak)
Untuk membina
kontak visual antara pembicara dengan audiens usahakan agar dapat melihat
audiens dalam berpidato. Jangan sekali-kali hanya memandang pada satu arah.
Usahakan untuk bisa melihat ke kiri, ke kanan, ke depan, ataupun ke belakang
agar semua audiens dapat melihat kita.oleh sebab itu kita pun harus
memperhatikan audiens.
Kontak mental
juga jangan dilupakan. Pembicara harus bisa memahami reaksi audiens. Jika
audiens mengantuk, pembicara harus bisa membangkitkan semangatnya dengan
memberi cerita atau pendekatan humoris.
2.
Gunakan lambang-lambang auditif atau
usahakan agar suara anda memberikan yang lebih kaya pada bahasa anda (olah
vokal)
Usahakan ketika
berpidato seperti orang yang akting pada saat main drama. Usahakn suara jelas,
baik itu titik, koma, maupun irama. Kalimat yang membutuhkan tekanan dan
kalimat yang tidk membutuhkan tekanan harus diperhatikan karena akan besar
sekali fungsinya dalam memahami isi pidato audiens.
3.
Berbicara dengan seluruh kepribadian
anda, dengan wajah, tangan, dan tubuh anda (olah visual)
Gerak-gerik
tubuh berpidato akan melibatkan pendengar untuk bergerak juga. Mereka akan ikut
merasakan apa yang anda rasakan. Fungsi gerak fisik ialah untuk menyamakan
makna, untuk menarik perhatian, dan untuk menumbuhkan kepercayaan diri dan
semangat.
D.
Demam Panggung:
Sebab-sebab dan Cara Mengatasinya
Tidak dapat kita tutup-tutupi bahwa di dalam masyarakat kita masih
banyak orang yang takut berpidato. Para pemuda, pelajar, dan mahasiswa masih
akrab dengan sebutan itu. Kadang-kadang jika mereka ditunjuk untuk berpidato di
depan umum, mereka menghindari dan kadang-kadang saling menunjuk.
Memang tidak mudah untuk berbicara di muka umum. Hal ini mungkin
disebabkan oleh adanya perasaan malu kepada audiens rasa rendah diri karena
belum menguasai topic atau belum siap, rsa takut sebab hadirin banyak yang
lebih pandai, dan rasa grogi.
Hal semacam ini akan mengganggu kejiwaan kita dan akan berakibat
buruk terhadap tampilan fisik, seperti jantung berdetak keras, wajah merah
serta suara dan badan gemetaran. Ini semua merupakan tanda-tanda dari gejala
demam panggung. Jika dirumuskan, demam panggung ialah perasaan malu, rendah
diri, dan grogi. Akibat demam panggung ini akan mengganggu pikiran kita. Segala
materi pidato yang sudah kita siapkan sebelumya terkadang lupa sehingga pidato
menjadi tidak jelas dan tidak terarah.
Untuk mencegah terjadinya demam panggung ketika berpidato, maka
sebaiknya kita pilih topik yang menarik atau sesuai dengan pendengar karena
topk yng baik/sesuai dengan pendengar akan menyebabkan mereka tertarik dan
senang untuk mendengarkan. Perlu diingat bahwa topik yang kita pilih juga harus
betul-betul kita kuasai sehingga dapat mempermudah dan melancaakan kita dala
berpidato. Agar tidak kekurangan materi, sebaginya kita memperbanyak membaca
buku-buku, baik itu buku tentang pendidikan maupun buku-buku umum dan membaca
koran atau menonton berita TV. Di samping itu, sebelum berpidato sebaiknya
terlebih dahulu kita membuat persiapan yang matang.
Yang menjadi pertanyaan adalah apakah ada cara mengusir demam
panggung pada saat berpidato (sedang berpidato). Orang mengatakan bahwa “ada
sakit pasti ada obatnya”. Jika masalah, pasti ada jalan keluarnya. Ada beberapa
cara mengusir demam panggung pada saat berpidato sebagaimana yang dikemukakan
oleh Brigance Thomson. Cara-cara tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Gunakanlah gerak tubuh seperlunya,
jangan terlalu kaku.
2.
Jangan hanya memusatkan fikiran pada
diri sendiri (justru lebih banyak) juga pada masalah yang dibicarakan.
3.
Berpeganglah pada mimbar sekedarnya.
4.
Kendorkan otot-otot sekitar leher.
5.
Anggaplah semua pendengar itu kawan.[1]
Selain itu,
dalam buku karya Irwani Pane dijelaskan bahwa cara mengatasi demam panggung
yaitu dengan mengetahui terlebih dahulu penyebabnya, sebagai berikut:
1.
Jika demam panggung itu muncul
karena ketakutan atau kecemasan kita berbicara di depan orang lain, maka anda
harus menanaman rasa berani.
2.
Jika demam panggung itu muncul
karena ketidaksiapan materi pembicaraan yang akan kita sampaikan, maka tidak
ada cara yang paling efektif selain anda harus berusaha mempersiapkan segala
sesuatu, jadikan diri anda siap dalam ragam situasi dan kondisi. Dengan cara
meng-upgrade intelektualitas dan pengetahuan anda.
3.
Selanjutnya, silahkan lepaskan
ketegangan itu. Alirkan melalui kata-kata yang anda ucapkan. Lepaskan melalui
gerak dan ekspresi tuguh. Ketegangan akan buyar dan sedkit demi sedikit hilang
dengan sendirinya.[2]
E.
Teknik
Pengembangan Bahasan
Dalam memilih teknik-teknik pengembangan bahasan, ada dua faktor
penting: faktor informatif dan faktor penarik perhatian. Dengan kata lain,
pesan yang disajikan harus kaya dengan informasi dan dapat menarik perhatian.
Kita dapat menyajikan informasi melalui fakta: yakni, pernyataan
yang menunjukkan bahwa susuatu itu benar. Fakta harus diperiksa dengan tiga
kriteria: Apakah fakta itu bermanfaat atau relevan dengan kepentingan pembicara
dan pendengar? (Relevancy); Apkah fakta itu mendukung gagasan utama dalam
pembicaraan kita? (Sufficiency); dan Apakah sumber-sumber fakta itu dapat
dipercaya? (Plausibility).
Di samping fakra, statistik dan contoh hipotesis dan faktual dapat
memperkaya informasi. Supaya menarik perhatian, rangkaian fakta, statistik, dan
contoh itu harus disajikan dalam format-format berikut. Pertama, anda
ungkapkan pengalaman pribadi anda. Para pendengar ingin mengerahui
bagaimana pengalaman anda sendiri sehubungan dengan topik yang dibicarakan.
Pengalaman baik pribadi anda maupun orang lain biasanya menarik perhatian,
karena menunjukkan situasi yang real. Kedua, anda tunjukkan kebenaran
fakta dengan demonstrasi. Tunjukkan cara pengucapan huruf-huruf
Al-Qur’an dengan membunyikannya di hadapan pendengar. Tampakkan bagaimana orang
itu marah dengan seluruh gerak fisik anda terakhir, gunakan pencitraan
(imagery).
Secara singkat berikut teknik pengembangan bahasan dalam bagian
awal pidato informatif menurut Rudolf E. Busby dan Randall E. Majors dalam Basic
Speech Communication.
Teknik Pengembangan Bahasan dalam Pengantar
1.
Menarik
Perhatian
Gunakan hentian
panjang untuk memusatkan perhatian, Ajukan pertanyaan retoris, Pancing jawaban dari pendengar, Kutip statistik yang mengejutkan, Ceritakan kisah
atau anekdot, Buat humor
2.
Mengumumkan
topik
Sebutkan topik secara langsung Dekati topik secara tidak langsung dari cerita hipotesis
3.
Menegaskan
relevansi
Menjelaskan
mengapa anda memilih topic, Tunjukkan bagaimana topik mempengaruhi khalayak, Perlihatkan
bagaimana khalayak dapat menggunakan informasi, Nyatakan
bagaimana khalayak dapat menarik keuntungan, Hubungan dengan
situasi pembicara atau acara yang sedang berlangsung
4.
Membangun
kredibilitas
Tegaskan siapa
and Jelaskan alasan
pribadi mengapa anda bicara, Tunjukkan latar, belakang yang relevan dengan topic, Perlihatkan
pengetahuan dan pengalaman, Perlihatkan good sense dan good will, Tampakkan
semangan dalam suara dan cara
5.
Menyusun pesan
Sebutkan cakupan yang akan dibahas, Tunjukkan susunan pokok bahasan, Gunakan perpindahan gagasan yang jelas.[3]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Manfaat dari membuka dan menutup pidato yaitu
ketika membuka pidato digunakan untuk memfokuskan kepada pemateri dengan nada
yang bagus, suara dan itonasi, sedangkan manfaat dari menutup pidato adalah
memberi penekana terhadap topik yang kita angkat.
2.
Berikut hal-hal yang di
perhatikan dalam pidato Penampilan
menarik dan tidak acak-acakan,Percaya diri, Pandangan, Sikap badan, Suara,Gaya penyamapaian
3.
Dalam prinsip-prinsip dalam praktik pidato adalah kontak mata, olah vokal,
dan olah visual.
4.
Untuk mencegah terjadinya demam
panggung ketika berpidato, maka sebaiknya kita pilih topik yang menarik atau
sesuai dengan pendengar karena topk yng baik/sesuai dengan pendengar akan
menyebabkan mereka tertarik dan senang untuk mendengarkan.
5. Teknik Pengembangan Bahasan dalam Pengantar Menarik Perhatian, Mengumumkan topic, Menegaskan relevansi, Membangun kredibilitas dan Menyusun pesan
DAFTAR PUSTAKA
Rakhmat Jalaluddin,(2014) Retorika Modern
Pendekatan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya,
Pane Irwani (2013) Smart Trust Public Speaking, Jakarta:
Kencana
Sutikno sobry, model pembelajaran interaksi sosial pembelaran
efektif dan retorika oleh nusa tenggara pratama press
[1] Sutikno sobry, model pembelajaran
interaksi sosial pembelaran efektif dan retorika oleh nusa tenggara pratama
press hlm. 153-161
[2] Irwani Pane, Smart
Trust Public Speaking, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm. 77-80.
[3]
Jalaluddin Rakhmat, Retorika Modern Pendekatan Praktis, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2014), hlm. 93-95.
EmoticonEmoticon