Adlerian (Psikologi
Individual)
Psikologi individual dikembangkan
oleh Alfred Adler, sebagai suatu sistem yang komparatif dalam memahami individu
dan dalam kaitannya dengan lingkungan sosial. Individual psychology atau
psikologi individual dikembangkan oleh Alfred Adler dan pengikutnya antara lain
adalah Rudolph Drekurs, Martin Son Tesgard, dan Donal Dinkmeyer. Alfred Adler
selain siswa juga rekan kerja Freud dan berumur empat belas tahun lebih muda
dari Freud. Adler telah menjadi dokter praktek. Ketika bergabung dengan Freud
dan ahli lain ketika dibentuknya Masyarakat Psychoanalytic Vienna. Adler keluar
dari paham Freud dan Masyarakat Psychoanalytic Vienna dan pada tahun 1911 Adler
mulai mengembangkan pemikirannya yang dikenal sebagai Psikologi Individu.
Aliran Psikologi Individual dikenal
dengan nama Adlerian Counseling. Adler mengatakan bahwa seorang tidaklah dikendalikan semata-mata
untuk memenuhi kesenangannya sendiri tetapi sebaliknya, seseorang dimotivasi
oleh rasa tanggung jawab sosial dan kebutuhan untuk berhasil. Adler
benar-benar berbicara tentang hubungan sosial, yang mana Individu sibuk
mengejar realisasi diri yang dapat mendukung dirinya untuk membuat dunia lebih
baik dalam menempatkan hidup. Inilah yang menjadi dasar pemikiran dari teori
psikologi individual.
Adapun tujuan yang ingin dicapai
dalam mempelajari konseling psikologi individual ini adalah agar seorang konselor dapat mengetahui
model-model konseling dan bagaimana menerapkan berbagai teori dalam proses
konseling.
Prinsip
Dasar
Adler berpendapat bahwa manusia pertama-tama dimotivasi oleh
dorongan-dorongan sosial. Menurut Adler manusia pada dasarnya adalah makhluk
sosial. mereka menghubungkan dirinya dengan
orang lain, ikut dalam kegiatan-kegiatan kerja sama sosial, menempatkan kesejahteraan
sosial diatas kepentingan diri sendiri dan mengembangkan gaya hidup yang
mengutamakan orientasi sosial.
Untuk memenuhi kebutuhan sosial
manusia rela terjun dalam berbagai kegiatan-kegiatan sosial seperti organisasi
sosial dan mengahabiskan hampir seluruh hidupnya di sana. Mereka merasa puas
dengan melakukan aktivitas sosial seperti membantu korban bencana, korban
perang, kelaparan dan lain sebagainya. Itulah kebutuhan sosial yang dimaksud
oleh Adler. Kebutuhan-kebutuhan sosial ini merupakan bawaan sejak lahir,
perkembangan diri individu sejak masa kanak-kanak akan sangat menentukan cara
individu berperan dalam lingkungan sosialnya.
Ada tujuh prinsip yang terkandung dari teori Psikologi Individual Adler,
yaitu:
1. Prinsip Rasa Rendah Diri (Inferiority Principle)
Adler meyakini bahwa manusia
dilahirkan disertai dengan perasaan rendah diri. Seketika individu menyadari
eksistensinya, ia merasa rendah diri akan perannya dalam lingkungan. Individu
melihat bahwa banyak makhluk lain yang memiliki kemampuan meraih sesuatu yang
tidak dapat dilakukannya. Perasaan rendah diri ini mencul ketika individu ingin
menyaingi kekuatan dan kemampuan orang lain. Misalnya, anak merasa diri kurang
jika dibandingkan dengan orang dewasa. Karena itu ia terdorong untuk mencapai taraf
perkembangan yang lebih tinggi. Jika telah mencapai taraf perkembangan
tertentu, maka timbul lagi rasa kurang untuk mencapai taraf berikutnya.
Demikian seterusnya, sehingga individu dengan rasa rendah dirinya ini tampak
dinamis mencapai kesempurnaan dirinya.
Berkenaan dengan perasaan rendah
diri dalam kondisi organik, Adler menciptakan istilah masculine protest, yakni
istilah yang dimaksud untuk menerangkan perasaan rendah diri atau inferior ini
dihubungkan dengan kelemahan (weakness) dan kewanita-wanitaan (femininity).
Istilah ini merupakan suatu dinamika kepribadian manusia yang utama, karena hal
ini merupakan usaha individu dalam mencapai kondisi yang kuat dalam
mengkompensasikan perasaan rendah dirinya.
2. Prinsip Superior (Superiority Principle)
Memandang prinsip superior terpisah dari prinsip inferior sesungguhnya keliru. Justru kedua prinsip ini
terjalin erat dan bersifat komplementer. Namun karena sebagai prinsip, kedua
istilah ini berbeda, maka pembahasannya pun dibedakan, kendati dalam operasionalnya
tak dapat dipisahkan. Sebagai reaksi atas penekanan aspek seksualitas sebagai
motivator utama perilaku menurut Freud, Adler beranggapan bahwa manusia adalah
makhluk agresif dan harus selalu agresif bila ingin survive. Namun kemudian
dorongan agresif ini berkembang menjadi dorongan untuk mencari kekuatan baik
secara fisik maupun simbolik agar dapat survive. Demikian banyak pasien Adler
yang dipandang kurang memiliki kualitas agresif dan dinyatakan sebagai manusia
tak berdaya. Karenanya, yang diinginkan manusia adalah kekuatan (power). Dari
sini konsepnya berkembang lagi, bahwa manusia mengharapkan untuk bisa mencapai
kesempurnaan (superior). Dorongan superior ini sangat bersifat universal dan
tak mengenal batas waktu. Bagi Adler tak ada pemisahan antara drive dan need
seperti yang diungkapkan oleh Murray. Bagi Adler hanya ada satu dorongan, yakni
dorongan untuk superior sebagai usaha untuk meninggalkan perasaan rendah diri.
Namun perlu dicatat bahwa superior disini bukanlah kekuatan melebihi orang lain,
melainkan usaha untuk mencapai keadaan superior dalam diri dan tidak selalu
harus berkompetisi dengan orang lain. Superioritas yang dimaksud adalah
superior atas diri sendiri. Jadi daya penggerak yang utama dalam hidup manusia
adalah dinamika yang mengungkapkan sebab individu berperilaku, yakni dorongan
untuk mencapai superior atau kesempurnaan.
3. Prinsip Gaya Hidup (Style of Life
Principle)
Usaha individu untuk mencapai
superioritas atau kesempurnaan yang diharapkan, memerlukan cara tertentu. Adler
menyebutkan hal ini sebagai gaya hidup (Style of Life). Gaya hidup yang diikuti
individu adalah kombinasi dari dua hal, yakni dorongan dari dalam diri (the
inner self driven) yang mengatur arah perilaku, dan dorongan dari lingkungan
yang mungkin dapat menambah, atau menghambat arah dorongan dari dalam tadi.
Dari dua dorongan itu, yang terpenting adalah dorongan dalam diri (inner self)
itu. Bahwa karena peranan dalam diri ini, suatu peristiwa yang sama dapat
ditafsirkan berbeda oleh dua orang manusia yang mengalaminya. Dengan adanya
dorongan dalam diri ini, manusia dapat menafsirkan kekuatan-kekuatan di luar
dirinya, bahkan memiliki kapasitas untuk menghindari atau menyerangnya. Bagi
Adler, manusia mempunyai kekuatan yang cukup, sekalipun tidak sepenuhnya bebas,
untuk mengatur kehidupannya sendiri secara wajar. Jadi dalam hal ini Adler
tidak menerima pandangan yang menyatakan bahwa manusia adalah produk dari
lingkungan sepenuhnya. Menurut Adler, justru jauh lebih banyak hal-hal yang
muncul dan berkembang dalam diri manusia yang mempengaruhi gaya hidupnya. Gaya
hidup manusia tidak ada yang identik sama, sekalipun pada orang kembar.
Sekurang-kurangnya ada dua kekuatan yang dituntut untuk menunjukkan gaya hidup
seseorang yang unik, yakni kekuatan dari dalam diri yang dibawa sejak lahir dan
kekuatan yang datang dari lingkungan yang dimasuki individu tersebut. Dengan
adanya perbedaan lingkungan dan pembawaan, maka tidak ada manusia yang
berperilaku dalam cara yang sama.
Gaya hidup seseorang sering
menentukan kualitas tafsiran yang bersifat tunggal atas semua pengalaman yang
dijumpai manusia. Misalnya, individu yang gaya hidupnya berkisar pada perasaan
diabaikan (feeling of neglect) dan perasaan tak disenangi (being unloved)
menafsirkan semua pengalamannya dari cara pandang tersebut. Misalnya ia merasa
bahwa semua orang yang ingin mengadakan kontak komunikasi dipandangnya sebagai
usaha untuk menggantikan perasaan tak disayangi tersebut. Gaya hidup seseorang
telah terbentuk pada usia tiga sampai lima tahun. Gaya hidup yang sudah
terbentuk tak dapat diubah lagi, meskipun cara pengekspresiannya dapat berubah.
Jadi gaya hidup itu tetap atau konstan dalam diri manusia. Apa yang berubah
hanya cara untuk mencapai tujuan dan kriteria tafsiran yang digunakan untuk
memuaskan gaya hidup. Misalnya, bagi anak yang merasa memiliki gaya hidup tidak
disayangi, adalah lebih baik praktis untuk membentuk tujuan semu bahwa kasih
sayang baginya tidak begitu penting dibandingkan dengan usaha meyakinkan bahwa
tidak dicintai pada masa lalu tidak penting baginya, dan bahwa meyakinkan
kemungkinan untuk dicintai pada masa yang akan datang diharapkan dapat
memperbaiki peristiwa masa lampau. Perubahan gaya hidup meskipun mungkin dapat
dilakukan, akan tetapi kemungkinannya sangat sukar, karena beberapa pertimbangan
emosi, energi, dan pertumbuhan gaya hidup itu sendiri yang mungkin keliru.
Karenannya jauh lebih mudah melanjutkan gaya hidup yang telah ada dari pada
mengubahnya.
4. Prinsip Diri Kreatif (Creative
Self Principle)
Diri yang kreatif adalah faktor yang
sangat penting dalam kepribadian individu, sebab hal ini dipandang sebagai
penggerak utama, sebab pertama bagi semua tingkah laku. Dengan prinsip ini
Adler ingin menjelaskan bahwa manusia adalah seniman bagi dirinya. Ia lebih
dari sekedar produk lingkungan atau makhluk yang memiliki pembawaan khusus. Ia
adalah yang menafsirkan kehidupannya. Individu menciptakan struktur pembawaan,
menafsirkan kesan yang diterima dari lingkungan kehidupannya, mencari
pengalaman yang baru untuk memenuhi keinginan untuk superior, dan meramu semua
itu sehingga tercipta diri yang berbeda dari orang lain, yang mempunyai gaya
hidup sendiri, namun diri kreatif ini adalah tahapan di luar gaya hidup. Gaya
hidup bersifat mekanis dan kreatif, sedangkan diri kreatif lebih dari itu. Ia
asli, membuat sesuatu yang baru yang berbeda dari sebelumnya, yakni kepribadian
yang baru. Individu mencipta dirinya.
5. Prinsip Diri yang Sadar
(Conscious Self Principle)
Kesadaran menurut Adler, adalah inti
kepribadian individu. Meskipun tidak secara eksplisit Adler mengatakan bahwa ia
yakin akan kesadaran, namun secara eksplisit terkandung dalam setiap karyanya.
Adler merasa bahwa manusia menyadari segala hal yang dilakukannya setiap hari,
dan ia dapat menilainya sendiri. Meskipun kadang-kadang individu tak dapat
hadir pada peristiwa tertentu yang berhubungan dengan pengalaman masa lalu,
tidak berarti Adler mengabaikan kekuatan-kekuatan yang tersembunyi yang
ditekannya. Manusia dengan tipe otak yang dimilikinya dapat menampilkan banyak
proses mental dalam satu waktu. Hal-hal yang tidak tertangkap oleh kesadarannya
pada suatu saat tertentu tak akan diperhatikan dan diingat oleh individu.
Ingatan adalah fungsi jiwa, yang tidak bekerja secara efisien. Keadaan tidak
efisien ini adalah akibat kondisi yang tidak sempurna pada organ tubuh,
khususnya otak. Adler tidak menerima konsep ambang sadar dan alam tak sadar
(preconsious dan uncounsious) Freud. Hal ini dianggap sebagai mistik. Ia merasa
bahwa manusia sangat sadar benar dengan apa yang dilakukannya, apa yang
dicapainya, dan ia dapat merencanakan dan mengarahkan perilaku ke arah tujuan
yang dipilihnya secara sadar.
6. Prinsip Tujuan Semu (Fictional
Goals Principle)
Meskipun Adler mangakui bahwa masa
lalu adalah penting, namun ia mengganggap bahwa yang terpenting adalah masa
depan. Yang terpenting bukan apa yang telah individu lakukan, melainkan apa
yang akan individu lakukan dengan diri kreatifnya itu pada saat tertentu.
Dikatakannya, tujuan akhir manusia akan dapat menerangkan perilaku manusia itu
sendiri. Misalkan, seorang mahasiswa yang akan masuk perguruan tinggi bukanlah
didukung oleh prestasinya ketika di Sekolah Dasar atau Sekolah Menengah,
melainkan tujuannya mencapai gelar tersebut. Usaha mengikuti setiap tingkat
pendidikan adalah bentuk tujuan semunya, sebab kedua hal tidak menunjukkan
sesuatu yang nyata, melainkan hanya perangkat semu yang menyajikan tujuan yang
lebih besar dari tujuan-tujuan yang lebih jauh pada masa datang.
Dengan kata lain, tujuan yang
dirumuskan individu adalah semua karena dibuat amat ideal untuk diperjuangkan
sehingga mungkin saja tidak dapat direalisasikan. Tujuan fiksional atau semu
ini tak dapat dipisahkan dari gaya hidup dan diri kreatif. Manusia bergerak ke
arah superioritas melalui gaya hidup dan diri kreatifnya yang berawal dari
perasaan rendah diri dan selalu ditarik oleh tujuan semu tadi. Tujuan semu yang
dimaksud oleh Adler ialah pelaksanaan kekuatan-kekuatan tingkah laku manusia.
Melalui diri keratifnya manusia dapat membuat tujuan semu dari kemampuan yang
nyata ada dan pengalaman pribadinya. Kepribadian manusia sepenuhnya sadar akan
tujuan semu dan selanjutnya menafsirkan apa yang terjadi sehari-hari dalam
hidupnya dalam kaitannya dengan tujuan semu tersebut.
7. Prinsip Minat Sosial (Sosial
Interest Principle)
Setelah melampaui proses evolusi
tentang dorongan utama perilaku individu, Adler menyatakan pula bahwa manusia
memiliki minat sosial. Bahwa manusia dilahirkan dikaruniai minat sosial yang
bersifat universal. Kebutuhan ini terwujud dalam komunikasi dengan orang lain,
yang pada masa bayi mulai berkembang melalui komunikasi anak dengan orang tua.
Dimulai pada lingkungan keluarga, kemudian pada usia 4-5 tahun dilanjutkan pada
lingkungan pendidikan dasar dimana anak mulai mengidentifikasi kelompok
sosialnya. Individu diarahkan untuk memelihara dan memperkuat perasaan minat
sosialnya ini dan meningkatkan kepedulian pada orang lain. Melalui empati,
individu dapat belajar apa yang dirasakan orang lain sebagai kelemahannya dan
mencoba memberi bantuan kepadanya. Individu juga belajar untuk melatih
munculnya perasaan superior sehingga jika saatnya tiba, ia dapat
mengendalikannya. Proses-proses ini akan dapat memperkaya perasaan superior dan
memperkuat minat sosial yang mulai dikembangkannya. Dikarenakan manusia tidak sepenuhnya
dapat mencapai superioritas, individu tetap memiliki perasaan ketidakmampuan.
Namun individupun yakin bahwa masyarakat yang kuat dan sempurna akan dapat
membantunya mencapai pemenuhan perasaan superior. Gaya hidup dan diri kreatif
melebur dalam prinsip minat sosial yang pada akhirnya terwujud tingkah laku
yang ditampilkan secara keseluruhan.
Konsep
Dasar
Konstruk utama psikologi individual
adalah bahwa perilaku manusia dipandang
sebagai suatu kompensasi terhadap perasaan inferioritas . Hal inilah yang
menjadi perbedaan yang mendasar teori psikologi individual dengan
psikoanalisis. Tujuan hidup dipandang
untuk mengatasi felling of inferiority (FOI) menuju felling of superiority
(FOS). Perasaan tidak mampu atau rasa rendah diri, berasal dari tiga sumber,
yaitu kekurangan dalam organ fisik, anak yang dimanja, anak yang mendapat
penolakan. Kadang-kadang rasa rendah diri ini dapat menimbulkan kompensasi yang
berlebihan sehingga menyebabkan berbagai hambatan bagi individu itu sendiri.
Konsep
utama dari teori psikologi individual yang benar-benar berbicara tentang diri
atau self, yang mana hal itu yang menjadi pembeda setiap individu yang terlihat
dari gaya hidup masing-masing individu, menyebabkan arah konseling mengacu pada
pengembangan diri individu. Masalah yang paling sering dialami adalah masalah
kepercayaan diri (konsep diri). Pembentukan konsep diri ini dimulai sejak usia
empat dan lima tahun pertama.
- Persepsi Subyektif tentang
Realitas
Penganut Adler
berusaha melihat dunia dari kerangka subyektif klien, suatu orientasi yang
dinyatakan sebagai fenomenologis. Fenomenologis diberikan karena orientasi ini
menaruh perhatian pada cara individu dimana seseorang melihat dunianya.
“Realitas Subyektif” ini mencakup persepsi keyakinan dan kesimpulan individual.
- Kesatuan serta Pola Kepribadian
Manusia
Premis dasar
dari pendekatan Adler disebut juga Psikologi Individual. Psikologi Adler
berasumsi : manusia adalah suatu makhluk sosial, kreatif, dan pengambil
keputusan yang memiliki maksud terpadu. Pribadi manusia menjadi terpadu lewat
tujuan hidup. Implikasi (holistik) dari kepribadian ini adalah bahwa seorang
klien adalah suatu bagian integral dari sistem sosial.
- Interes Sosial
Istilah ini
berarti kesadaran individu akan kedudukannya sebagai bagian dari masyarakat manusia
dan akan sikap seseorang dalam menangani dunia sosialnya. Didalamnya mencakup
perjuangan untuk masa depan yang lebih baik. Adler menyamakan interes sosial
dengan rasa identifikasi dan empati dengan orang lain. Menurut Adler pada saat
interes sosial berkembang maka rasa rendah diri serta keterasingan akan hilang.
Interes sosial bisa berkembang bila diajarkan, dipelajari dan digunakan. Mereka
yang hidup tanpa interes sosial menjadi tidak bersemangat dan berakhir dengan
keberadaannya di sisi kehidupan yang tak berguna. Manusia itu memiliki
kebutuhan dasar, yakni perasaan aman, diterima, dan berguna.
Tujuan Konseling
Tujuan
konseling menurut Adler adalah mengurangi intensitas perasaan rasa rendah diri
(inferior), memperbaiki kebiasaan-kebiasaan yang salah dalam persepsi,
menetapkan tujuan hidup, mengembangkan kasih sayang terhadap orang lain, dan
meningkatkan kegiatan.
- Mengubah gaya hidup yang salah
. Dalam hal ini konselor lebih fokus pada aspek kognitif. Konselor
cenderung mencari kesalahan berpikir dan memberikan penilaian pada hal-hal
seperti sikap tidak mempercayai, egois, ambisi yang tidak masuk akal.
- Mengurangi intensitas inferior
klien. Sasaran dari konselor salah satunya mengurangi rasa rendah diri
klien yaitu dengan cara memberi dukungan pada klien bahwa ia mempunyai
kemampuan sehingga jika rasa rendah dirinya berkurang atau hilang klien
mampu mencapai kebahagiaan hidup dan mampu menjalani interaksi sosial
dengan baik.
- Meningkatkan minat sosial
klien. Artinya menumbuhkan kesadaran di dalam individu akan kedudukannya
sebagai salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat serta
suatu sikap seseorang menangani dunia sosial untuk mencapai masa depan
yang lebih baik.
- Mengkonfrontir mekanisme
superioritas. Konfrontasi adalah respon konselor yang menggambarkan adanya
ketidaksesuaian atau pertentangan yang terkandung dalam pernyataan yang
diungkapkan klien. Konselor harus mampu menolong klien dengan cara
memberikan pemahaman atau mengevaluasi dampak yang dihasilkan pada orang
lain dan merenungkan akibat yang dia tanggung karena menjadikan
superioritas sebagai prioritas utama.
Hubungan
Konselor-Klien
Aliran Adler menganggap hubungan
baik antara klien dan terapis itu adalah keduannya berkedudukan sederajat
didasari pada kerjasama, saling percaya, saling menghormati, saling menjaga
rahasia dan keselarasan sasaran. Awal mula kegiatan konseling, seyogyanya klien
mulai memformulasikan rencana atau kontrak. Klien tidak dipandang sebagai
penerima yang pasif melainkan klien adalah anggota dari kelompok yang aktif
dalam hubunganna dengan kelompok lain yang sederajat dimana tidak ada pihak
yang berkedudukan lebih tinggi dan ada yang berkedudukan lebih rendah.melalui
perserikatan yang sifatnya saling mengisi atau kolaboratif klien mengakui bahwa
mereka bisa mempertanggungjawabkan perilaku mereka.
Proses
Konseling
Proses konseling diarahkan oleh
konselor untuk mendapatkan informasi-informasi berkaitan dengan masa sekarang
dan masa lalu sejak klien berusia kanak-kanak. Mulai dari mengingat
komponen-komponen dalam keluarga, keanehan-keanehan prilaku yang terjadi
didalam keluarga, sampai hal yang spesifik. Hal ini sangat membantu konselor
dalam menghimpun informasi serta menggali feeling of inferiority (FOI) klien.
Konseling aliran Adler dibangun
mengitari empat tujuan sentral, yang sesuai dengan empat fase proses terapeutik
(Dreikurs, 1967). Fase-fase ini tidak linier dan tidak bergerak maju dengan
langkah-langkah yang baku, melainkan fase-fase itu akan bisa dipahami sangat
baik sebagai suatu jalinan benang yang nantinya akan membentuk selembar kain.
Maka tahap-tahapnya adalah:
1. Menciptakan hubungan terapeutik
yang tepat
Salah satu cara untuk menciptakan
hubungan yang baik adalah klien diberi pertolongan oleh konselor agar bisa
menyadari asset dan kekuatan yang dimilikinya, dan bukan menangani
kekurangannya serta kewajiban yang harus dipikul. Konseling ini berfokus pada
dimensi positif dan menggunakan dorongan semangat serta dukungan.
2. Menggali dinamika psikologi yang
ada dalam diri klien
Tujuan ganda dari fase kedua ini:
Memahami gaya hidup mereka dan
melihat betapa itu semua memperngaruhinya dalam menjalankan tugas hidup yang
dilakukan sekarang.
3. Memberi semangat untuk pemahaman
Pada dasarnya fase ini bersifat suka
mendukung, mereka juga bersikap konfrontif. Mereka tentang kliennya untuk
mengembangkan mawas diri tentang tujuan yang keliru dan perilaku mengalahkan
diri sendiri. Interpretasi adalah suatu teknik yang memberikan fasilitas pada
proses didapatkannya wawasan diri. Fokusnya adalah pada perilaku disini dan
sekarang dan pada ramalan – ramalan dan antisipasi – antisipasi yang timbul
dari kehendak seseorang.
4. Menolong agar bisa berorientasi
ulang
Tahap akhir dari proses terapeutik
adalah tahpa berorientasi pada tindakan yang disebut reorientasi dan reedukasi,
atau mengetrapakan wawasan dalam praktek. Pada tahap reorientasi klien
mengambil keputusan dan memodifikasi sasaran mereka. Hal yang esensial dari
fase ini adalah komitmen karena bila klien mengharapkan dirinya berubah maka
harus ada kemauan untuk menyediakan tugas bagi dirinya sendiri dan mau berbuat
sesuatau yang khusus terhadap problema yang dihadapinya.
Teknik
Konseling
Teknik konseling yang digunakan oleh
konselor adalah:
a. Teknik komparatif. Dalam teknik
ini konselor melakukan perbandingan dirinya dengan konselor. Dengan empati,
konselor mencoba membayangkan gaya hidup dan masalah klien dalam dirinya. Atas
dasar itu konselor kemudian membantu klien untuk memperbaiki gaya hidup dan
memecahkan masalah klien.
b. Teknik analisis mimpi. Menurut
Adler, mimpi merupakan refleksi gambaran tujuan hidup klien. Dengan
menganalisis mimpi yang dialami klien maka konselor dapat memperkirakan tujuan
hidup klien. Atas dasar itu kemudian konselor membantu klien.
Selain itu ada beberapa fase yang
dilakukan konselor dalam memberikan layanan konseling berdasarkan model ini,
yaitu menciptakan hubungan (fase I), menggali dinamika individual (fase II),
memberi semangat untuk pemahaman (fase III), menolong agar bisa berorientasi
ulang (fase IV) .
Fase membina hubungan akan sangat
menentukan proses konseling selanjutnya hingga menentukan fase selanjutnya
yaitu menggali dinamika individu. Dinamika individu harus digali untuk
mengetahui gaya hidup dan pemecahan masalah yang tepat bagi individu. Hal-hal
yang digali diantaranya adalah konstelasi keluarga berupa urut-urutan
kelahiran, karena hal itu mempunya pengaru yang besar dalam membentuk gaya
hidup individu. Selanjutnya pengalaman sewaktu usia antara empat hingga enam
tahun atau berbagai kenangan masa kecil. Mimpi yang sering dialami karena bagi
Adlerian hal itu menggambarkan prioritas dan keinginan. Mengenai prioritas itu
sendiri klien diarahkan untuk menilai mana prioritas yang lebih utama dalam
hidupnya.
Proses selanjutnya klien diberi
semangat, dorongan dan pemahaman untuk memupuk semangat dan kepercayaan dirinya
kembali, karena diri atau self membutuhkan hal itu. Terakhir adalah menolong
agar bisa berorientasi ulang yang difokuskan untuk mendorong klien agar bisa
melihat alternatif yang baru dan lebih fungsional. Klien didorong semangatnya
dan sekaligus ditantang untuk mengembangkan keberaniannya mengambil resiko dan
membuat perubahan yang baik dalam hidupnya.
Kecocokannya
untuk diterapkan di Indonesia
Setelah mengetahui keseluruhan
uraian dari teori Psikologi Individual milik Adler maka kami berpendapat bahwa
konseling ini cocok untuk diterapkan di Indonesia. Pada hakikatnya memang benar
manusia di Indonesia termotivasi oleh dorongan sosial yang tinggi, akan tetapi
rasa rendah diri kerap muncul dalam diri manusia dalam menjalin hubungan
sosial. Oleh karena itu pendekatan konseling Psikologi Individual dapat menjadi
salah satu solusi untuk mengubah gaya hidup yang salah pada masyarakat
Indonesia.
Kesimpulan
Adler berpendapat bahwa manusia
pertama-tama dimotivasi oleh dorongan-dorongan sosial. Jadi sangat berbeda
dengan yang dikatakan oleh Freud. Adler membagi tujuh prinsip yang terkandung
dari teori Psikologi Individual Adler, yaitu: Prinsip Rasa Rendah Diri, Prinsip
Superior, Prinsip Gaya Hidup, Prinsip Diri Kreatif , Prinsip Diri yang Sadar,
Prinsip Tujuan Semu dan Prinsip Minat Sosial.
Konstruk utama psikologi individual
adalah bahwa perilaku manusia dipandang sebagai suatu kompensasi terhadap
perasaan inferioritas. Tujuan hidup dipandang untuk mengatasi felling of
inferiority (FOI) menuju felling of superiority (FOS). Tujuan dari konseling
ini antara lain Mengubah gaya hidup yang salah, Mengurangi intensitas inferior
klien, Meningkatkan minat sosial klien dan Mengkonfrontir mekanisme
superioritas.
Aliran Adler menganggap hubungan
baik antara klien dan terapis itu adalah keduannya berkedudukan sederajat
didasari pada kerjasama, saling percaya, saling menghormati, saling menjaga
rahasia dan keselarasan sasaran.
Proses tahap-tahapnya adalah:
Menciptakan hubungan terapeutik yang tepat, Menggali dinamika psikologi yang
ada dalam diri klien, Memberi semangat untuk pemahaman dan Menolong agar bisa
berorientasi ulang. Teknik konseling yang digunakan oleh konselor adalah:Teknik
komparatif, dan Teknik analisis mimpi. Dengan demikian konseling ini cocok
diterapkan di Indonesia.