jadwal ujian mandiri PTN 2024

jadwal ujian mandiri PTN 2024

 Hallo teman teman pejuang PTN.

Yuks pantau jadwal Ujian Mandiri perguruan Tinggi Negeri 2024, bisa klik link di bawah ini ya

Tekan di bawah Link Daftar Masuk PTN

Download  https://bit.ly/JadwalUjianMandiriPTN_2024

semoga bermanfaat teman-teman semua.


Komen dan Like nya ya,

Cara Membuka dan menutup Pidato

Cara Membuka dan menutup Pidato

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Indonseia merupakan salah satu negara yang berkembang, sebagai negara yang berkembang masih memberlakukan kemampuan berbicara dalam sebuah rujukan dan bakat sebuah kepemimpinan, hal ini dirujukan kepada kepemimpinan yang muncul di kalangan masyarakat kita melalui kefasihan berbicara baik daalam berbicara secara formal semisal kampanye, pidatodan lain sebagainya baik di tingkat keluharan sampai nasional.

Selain berbicara tentang kefasihan dalam berbicara, kita juga harus mampu melihat dan memilih tata kata dan bahasa selain itu juga pemilihan penempatan kata yang tempat sehingga  ketika kita melakukan pidato pendengar mampu menyimak dan memahami tentang materi yang kita sampaikan.

Pidato adalah suati ucapan dengan susunan kata yang baik untuk disampaikan kepada orang banyak, contoh pidato negeraan, pidato menyambut hari besar, pidato membangkit semangat, pidato sambutan dan masih banyak lagi. Pidato yang baik adalah ppidato yang mampu memberikan kesan baik kepada  kepada orang-orang yang mendengarkan pidato tersebut. Ketertarikan pendengar sebelum mendengarkan pidato yang kita sampaikan sangat tergantung dari bagaimana kita membuka pidato tersebut, hal yang penting lainnya adalah bagaimana kita menutup pidato agar kita mampu memberikan kesan posistif dan mampu mencapai tujuan dari pidato yang kita lakukan

Jadi disini pemakalah akan mencoba membahas tentang bagaimana tata cara membuka dan menutup pidato dengan baik.

 

B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana cara membuka dan menutup pidato dengan baik?

2.      Apa hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berpidato?

3.      Apa saja prinsip-prinsip dalam praktik berpidato?

4.      Bagaimana cara mengatasi demam panggung?

5.      Bagaimana cara melakukan pengembangan pembahasan?

C.    Tujuan

1.      Mampu memahami dan mempraktikan cara membuka dan menutup pidato dengan baik

2.      Mampu mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berpidato

3.      Mengetahui  prinsip-prinsip dalam praktik berpidato

4.      Mengetahui cara mengatasi demam panggung dalam pidato

5.      Mampumemahami dan  melakukan pengembangan pembahasan dalam pidato

 

BAB II

PEMBAHASAN 

A.    Cara Membuka dan Menutup Pidato

Seringkali seseorang tidak berhasil dalam membawakan pidatonya atau dengan kata lain tidak mendapat perhatian serta tak dapat dicerna oleh semua pendengar. Kadang-kadang pendengar depan saja yang mengikuti jalannya pidato dengan baik. Sementara itu, pendengar bagian belakang tidak mengikuti pidato malah ada yang mengantuk, bercakap-cakap, dan ada juga yang tak segan-segan bergurau yang diikuti dengan gelak tawa sambil tengok ke kiri dan ke kanan.

Jika anda menemuka hal semacam ini, janganlah anda menyalahkan pendengar/audiens. Justru, si pembawa pidatolah yang salah karena tidak mengetahui siapa pendengar sebenarnya. Seringkali seorang pembawa pidato menemui kegagalan disebabkan hal semacam ini. Hal ini dikarenakan pendengar atau audiens terdiri atas berbagai lapisan masyarakat. Dengan demikian, daya tangkap, tingkat kecerdasan, serta status sosial mereka berbeda pula. Di sinilah si pembawa pidato harus berperan agar semua pendengar yang terdiri dari berbagai lapisan masyaraat itu dapat terhanyut serta mengikuti jalannya pidato.

Sebenarnya pidato itu tak ubahnya dengan orang bercakap-cakap. Si pembawa pidatolah yang menjadi fokus perhatian dan yang memimpin jalannya percakapan. Oleh karena itu, berhasil atau tidaknya suatu pidato tergantung pada si pembawa pidato itu sendiri.

Cara membuka dan menutup pidato sesungguhnya merupakan gabungan dua macam keterampilan yang dapat menarik perhatian pendengar yang perlu dilatih oleh pembicara (orator). Adapun penjelasan dari kedua hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1.      Cara Membuka Pidato

Cara membuka pidato ialah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh pembicara untuk menciptakan prakondisi sehingga perhatian sikap dan mental pendengar dapat digiring atau siap untuk mengikuti pada masalah yang dibahas dalam pidato tersebut. Cara membuka pidato merupakan hal yang terpenting karena permulaan yang bagus akan menarik perhatian para pendengar. Untuk itu, anda harus menimbang dan mengolah kalimat-kalimat pembukaan sebaik-baiknya sebelum memulai pidato. tujuan utama pembukaan pidato ialah untuk membangkitkan perhatian, memperjelas latar belakang pembicaraan, dan menciptakan kesan yang baik mengenai komunikator. Cara membuka pidato dan waktu yang dibutuhkan amat tergantung kepada topik, tujuan, situasi, khalayak, dan hubungan antara komunikator dengan audiens.

Pidato sebaiknya dibua (diawali) dengan ucapan salam pembukaan, misalnya “Assalamu’alaikum warohmatullahiwabarokatuh” (jika para hadirin lebih banyak beragama Islam). Kalau lebih banyak beragama lain, salam pembuka sebaiknya disesuaikan pula dengan agama mereka. Saat mengucapkan salam pembuka, volume suara hendanya keluar dengan lantang, nyaring, jelas, dan berwibawa. Artinya pembicara harus mampu mengatur suara supaya benar-benar menarik. Jangan sampai seperti orang yang sakit yang suaranya tidak enak didengar. Jika audiens sudah tertarik dengan pembukaan pidato, sedikit demi sedikit perhatian mereka diarahkan ke isi pidato.

Perlu disadari, pada saat berpidato, jangan sekali-kali melukai hati para pendengar dan jangan sombong serta membuka peluang yang dapat menjengkelkan para hadirin. Jangan pula beranggapan bahwa pendengar tidak berdaya dan tidak kritis apabila melontarkan ucapan-ucapan yang dimanipulasikan.

2.      Cara menutup Pidato

Permulaan dan akhir pidato adalah bagian-bagian yang paling menentukan. Penutup pidato harus dapat menfokuskan pikiran dan perasaan khalayak pada gagasan utama/kesimpulan penting dari seluruh isi pidato. untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, penutup pidato harus direncanakan sebelumnya.

Secara sederhana, cara menutup pidato adalah memberi ringkasan dari materi yang telah disampaikan dengan menyelipi himbauan-himbauan atau ajakan-ajakan yang baik, menjelaskan manfaat tipik yang telah disampaikan oleh pembicara, dan meminta maaf atas kesalahan baik disengaja atau tidak pada saat penyampaian isi pidato. terakhir, pembiara mengucapkan terimakasih pada audiens dan langsung duduk.

Di samping itu masih banyak cara menutup pidato. sebagaimana yang dikemukakan oleh Jalaluddin Rakhmad cara-cara tersebut adalah sebagai berikut:

a.       Menyimpulkan/mengemukakan iktisar pembicaraan

b.      Menyatakan kembali gagasan utama dengan kalimat dan kata yang berbeda.

c.       Mendorong khalayak untuk bertindak

d.      Mengakhiri dengan klimaks

e.       Mengatakan kutipan sajak, kitab suci, peribahasa atau ucapan sendiri

f.        Menceritakan contoh yang berupa ilustrasi dari tema pembicaraan

g.      Menerangkan maksud sebenarnya pribadi pembicara

h.      Memuji dan menghargai khalayak

i.        Membuat pernyataan yang humoris atau anekdot lucu

j.        Salam penutup

 

Kapan pembicara harus mengakhiri pidatonya? Berhubungan dengan soal waktu mengakhiri pidato ini, sebaiknya si pembicara segera mengakhiri pidatonya sebelum pendengar merasa jemu atau bosan dan menghendaki pembicara turun. Perasaan jemu dari pendengar akan segera tiba setelah tercapainya puncak kepuasan terhadap yang disampaikan oleh pembicara. Dalam hal ini, pembicara harus tanggap terhadap reaksi para pendengarnya, agar pidato yang disampaikan tersebut tidak dinilai panjang dan membosankan.

 

B.     Hal-Hal yang Berkaitan dengan Penyampaian Pidato

Beberapa hal yang perlu diindahkan dalam berpidato/berdakwah adalah sebagai berikut.

1.      Penampilan menarik dan tidak acak-acakan

2.      Percaya diri

3.      Pandangan

a.       Ramah dan ada kontak mata dengan audiens

4.      Sikap badan

a.       Tegar dan santai, serta

b.      Ada keseimbangan gerak

c.       Keserasian gerak

5.      Suara

a.       Terdengar

b.      Pengaturan intonasi

c.       Bahasa variasi

d.      Intonasi teratur dan disesuaikan kondisi

e.       Nada kalem saat akhir usai pidato

6.      Gaya penyamapaian

a.       Selingan humor, dan

b.      Sesekali dapat menggunakan suatu pernyataan

 

Selain hal-hal yang diindahkan juga ada beberapa hal yang perlu dihindari dalam berpidato, seperti hal-hal berikut ini.

1.      Kepala tidak terlalu banyak bergerak dan tidak hanya memandang ke satu arah

2.      Tidak mengucapkan mohon maaf di awal pidato

3.      Tidak mengajukan pertanyaan tanpa jawaban

4.      Tidak berkepanjangan di akhir pidato

5.      Wajah tidak muram atau tampak marah

 

C.    Prinsip-prinsip Praktik Pidato

Sebagian orang melihat pidato sebagai jenis percakapan yang diperluas. Oleh karena itu, kita tidak perlu mempelajarinya. Asal kita menguasai bahan yang dipergunakan, pidato akan berjalan dengan sendirinya. Sebagian melihat pidato bukan lagi sebagai percakapan. Pidato merupakan peristiwa yang khas, memerlukan bakat dan keterampilan khas juga, dan tidak setiap orang dapat menyampaikan pidato.

Pidato adalah peristiwa khas, tetapi kekhasannya sama sekali tidak berarti bahwa hanya orang tertentu saja yang dapat menyampaikan pidato. semua orang dapat menyampaikan pidato dengan baik bila mereka mengetahui danmempraktekkan tiga prinsip penyampaian pidato berikut ini.

1.      Pelihara kontak visual dan kontak mental dengan khalayak (kontak)

Untuk membina kontak visual antara pembicara dengan audiens usahakan agar dapat melihat audiens dalam berpidato. Jangan sekali-kali hanya memandang pada satu arah. Usahakan untuk bisa melihat ke kiri, ke kanan, ke depan, ataupun ke belakang agar semua audiens dapat melihat kita.oleh sebab itu kita pun harus memperhatikan audiens.

Kontak mental juga jangan dilupakan. Pembicara harus bisa memahami reaksi audiens. Jika audiens mengantuk, pembicara harus bisa membangkitkan semangatnya dengan memberi cerita atau pendekatan humoris.

2.      Gunakan lambang-lambang auditif atau usahakan agar suara anda memberikan yang lebih kaya pada bahasa anda (olah vokal)

Usahakan ketika berpidato seperti orang yang akting pada saat main drama. Usahakn suara jelas, baik itu titik, koma, maupun irama. Kalimat yang membutuhkan tekanan dan kalimat yang tidk membutuhkan tekanan harus diperhatikan karena akan besar sekali fungsinya dalam memahami isi pidato audiens.

3.      Berbicara dengan seluruh kepribadian anda, dengan wajah, tangan, dan tubuh anda (olah visual)

Gerak-gerik tubuh berpidato akan melibatkan pendengar untuk bergerak juga. Mereka akan ikut merasakan apa yang anda rasakan. Fungsi gerak fisik ialah untuk menyamakan makna, untuk menarik perhatian, dan untuk menumbuhkan kepercayaan diri dan semangat.

 

D.    Demam Panggung: Sebab-sebab dan Cara Mengatasinya

Tidak dapat kita tutup-tutupi bahwa di dalam masyarakat kita masih banyak orang yang takut berpidato. Para pemuda, pelajar, dan mahasiswa masih akrab dengan sebutan itu. Kadang-kadang jika mereka ditunjuk untuk berpidato di depan umum, mereka menghindari dan kadang-kadang saling menunjuk.

Memang tidak mudah untuk berbicara di muka umum. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya perasaan malu kepada audiens rasa rendah diri karena belum menguasai topic atau belum siap, rsa takut sebab hadirin banyak yang lebih pandai, dan rasa grogi.

Hal semacam ini akan mengganggu kejiwaan kita dan akan berakibat buruk terhadap tampilan fisik, seperti jantung berdetak keras, wajah merah serta suara dan badan gemetaran. Ini semua merupakan tanda-tanda dari gejala demam panggung. Jika dirumuskan, demam panggung ialah perasaan malu, rendah diri, dan grogi. Akibat demam panggung ini akan mengganggu pikiran kita. Segala materi pidato yang sudah kita siapkan sebelumya terkadang lupa sehingga pidato menjadi tidak jelas dan tidak terarah.

Untuk mencegah terjadinya demam panggung ketika berpidato, maka sebaiknya kita pilih topik yang menarik atau sesuai dengan pendengar karena topk yng baik/sesuai dengan pendengar akan menyebabkan mereka tertarik dan senang untuk mendengarkan. Perlu diingat bahwa topik yang kita pilih juga harus betul-betul kita kuasai sehingga dapat mempermudah dan melancaakan kita dala berpidato. Agar tidak kekurangan materi, sebaginya kita memperbanyak membaca buku-buku, baik itu buku tentang pendidikan maupun buku-buku umum dan membaca koran atau menonton berita TV. Di samping itu, sebelum berpidato sebaiknya terlebih dahulu kita membuat persiapan yang matang.

Yang menjadi pertanyaan adalah apakah ada cara mengusir demam panggung pada saat berpidato (sedang berpidato). Orang mengatakan bahwa “ada sakit pasti ada obatnya”. Jika masalah, pasti ada jalan keluarnya. Ada beberapa cara mengusir demam panggung pada saat berpidato sebagaimana yang dikemukakan oleh Brigance Thomson. Cara-cara tersebut adalah sebagai berikut :

1.      Gunakanlah gerak tubuh seperlunya, jangan terlalu kaku.

2.      Jangan hanya memusatkan fikiran pada diri sendiri (justru lebih banyak) juga pada masalah yang dibicarakan.

3.      Berpeganglah pada mimbar sekedarnya.

4.      Kendorkan otot-otot sekitar leher.

5.      Anggaplah semua pendengar itu kawan.[1]

 

Selain itu, dalam buku karya Irwani Pane dijelaskan bahwa cara mengatasi demam panggung yaitu dengan mengetahui terlebih dahulu penyebabnya, sebagai berikut:

1.      Jika demam panggung itu muncul karena ketakutan atau kecemasan kita berbicara di depan orang lain, maka anda harus menanaman rasa berani.

2.      Jika demam panggung itu muncul karena ketidaksiapan materi pembicaraan yang akan kita sampaikan, maka tidak ada cara yang paling efektif selain anda harus berusaha mempersiapkan segala sesuatu, jadikan diri anda siap dalam ragam situasi dan kondisi. Dengan cara meng-upgrade intelektualitas dan pengetahuan anda.

3.      Selanjutnya, silahkan lepaskan ketegangan itu. Alirkan melalui kata-kata yang anda ucapkan. Lepaskan melalui gerak dan ekspresi tuguh. Ketegangan akan buyar dan sedkit demi sedikit hilang dengan sendirinya.[2]


E.     Teknik Pengembangan Bahasan

Dalam memilih teknik-teknik pengembangan bahasan, ada dua faktor penting: faktor informatif dan faktor penarik perhatian. Dengan kata lain, pesan yang disajikan harus kaya dengan informasi dan dapat menarik perhatian.

Kita dapat menyajikan informasi melalui fakta: yakni, pernyataan yang menunjukkan bahwa susuatu itu benar. Fakta harus diperiksa dengan tiga kriteria: Apakah fakta itu bermanfaat atau relevan dengan kepentingan pembicara dan pendengar? (Relevancy); Apkah fakta itu mendukung gagasan utama dalam pembicaraan kita? (Sufficiency); dan Apakah sumber-sumber fakta itu dapat dipercaya? (Plausibility).

Di samping fakra, statistik dan contoh hipotesis dan faktual dapat memperkaya informasi. Supaya menarik perhatian, rangkaian fakta, statistik, dan contoh itu harus disajikan dalam format-format berikut. Pertama, anda ungkapkan pengalaman pribadi anda. Para pendengar ingin mengerahui bagaimana pengalaman anda sendiri sehubungan dengan topik yang dibicarakan. Pengalaman baik pribadi anda maupun orang lain biasanya menarik perhatian, karena menunjukkan situasi yang real. Kedua, anda tunjukkan kebenaran fakta dengan demonstrasi. Tunjukkan cara pengucapan huruf-huruf Al-Qur’an dengan membunyikannya di hadapan pendengar. Tampakkan bagaimana orang itu marah dengan seluruh gerak fisik anda terakhir, gunakan pencitraan (imagery).

Secara singkat berikut teknik pengembangan bahasan dalam bagian awal pidato informatif menurut Rudolf E. Busby dan Randall E. Majors dalam Basic Speech Communication.

Teknik Pengembangan Bahasan dalam Pengantar

1.      Menarik Perhatian

Gunakan hentian panjang untuk memusatkan perhatian, Ajukan pertanyaan retoris, Pancing jawaban dari pendengar,  Kutip statistik yang mengejutkan, Ceritakan kisah atau anekdot, Buat humor

2.      Mengumumkan topik

Sebutkan topik secara langsung Dekati topik secara tidak langsung dari cerita hipotesis

3.      Menegaskan relevansi

Menjelaskan mengapa anda memilih topic, Tunjukkan bagaimana topik mempengaruhi khalayak, Perlihatkan bagaimana khalayak dapat menggunakan informasi, Nyatakan bagaimana khalayak dapat menarik keuntungan, Hubungan dengan situasi pembicara atau acara yang sedang berlangsung

4.      Membangun kredibilitas

Tegaskan siapa and Jelaskan alasan pribadi mengapa anda bicara, Tunjukkan latar, belakang yang relevan dengan topic, Perlihatkan pengetahuan dan pengalaman, Perlihatkan good sense dan good will, Tampakkan semangan dalam suara dan cara

5.      Menyusun pesan

Sebutkan cakupan yang akan dibahas, Tunjukkan susunan pokok bahasan, Gunakan perpindahan gagasan yang jelas.[3]

BAB III

PENUTUP 

A.    Kesimpulan

1.      Manfaat dari membuka dan menutup pidato yaitu ketika membuka pidato digunakan untuk memfokuskan kepada pemateri dengan nada yang bagus, suara dan itonasi, sedangkan manfaat dari menutup pidato adalah memberi penekana terhadap topik yang kita angkat.

2.       Berikut hal-hal yang di perhatikan dalam pidato Penampilan menarik dan tidak acak-acakan,Percaya diri, Pandangan, Sikap badan, Suara,Gaya penyamapaian

3.      Dalam prinsip-prinsip dalam praktik pidato adalah kontak mata, olah vokal, dan olah visual.

4.      Untuk mencegah terjadinya demam panggung ketika berpidato, maka sebaiknya kita pilih topik yang menarik atau sesuai dengan pendengar karena topk yng baik/sesuai dengan pendengar akan menyebabkan mereka tertarik dan senang untuk mendengarkan.

5.      Teknik Pengembangan Bahasan dalam Pengantar Menarik Perhatian, Mengumumkan topic, Menegaskan relevansi, Membangun kredibilitas dan Menyusun pesan

DAFTAR PUSTAKA

 

Rakhmat Jalaluddin,(2014)  Retorika Modern Pendekatan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya,

Pane Irwani (2013) Smart Trust Public Speaking, Jakarta: Kencana

Sutikno sobry, model pembelajaran interaksi sosial pembelaran efektif dan retorika oleh nusa tenggara pratama press



[1] Sutikno sobry, model pembelajaran interaksi sosial pembelaran efektif dan retorika oleh nusa tenggara pratama press hlm. 153-161

[2] Irwani Pane, Smart Trust Public Speaking, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm. 77-80.

[3] Jalaluddin Rakhmat, Retorika Modern Pendekatan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), hlm. 93-95.